Yakin Perang Dunia Ketiga Batal? Masih Bisa Meletus, lho...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
Kamis, 17/02/2022 07:25 WIB
Foto: CNBC Indonesia TV

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia dikabarkan menarik mundur pasukan militernya. Namun, kabar ini rupanya tak sepenuhnya menghapus terjadinya Perang Dunia ke-3.

Kemarin, ketegangan mereda setelah Rusia mengklaim sudah menarik pasukan di perbatasan negara kelahiran pesepakbola Andriy Shevchenko tersebut.

Namun AS menilai klaim Moskow itu cuma pepesan kosong. Anthony Blinken, Menteri Luar Negeri AS, mengungkapkan negara pimpinan Presiden Vladimir Putin itu malah menggerakkan lebih banyak pasukan ke perbatasan Ukraina dan tidak ada yang ditarik mundur.


"Itulah apa yang Rusia bilang, dan inilah yang Rusia lakukan. Kami belum melihat adanya pasukan yang ditarik mundur. Kami masih melihat pasukan bergerak menuju perbatasan, bukan menjauhi perbatasan," tegas Blinken dalam wawancara dengan MSNBC.

Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pun bergerak. Intelijen senior membisikkan kepada Reuters bahwa NATO sedang menyiapkan unit tempur di sejumlah negara Eropa Tengah dan Tenggara seperti Rumania, Bulgaria, Hungaria, dan Slowakia.

Sang intel menyebut bahwa latihan militer Rusia semakin intensif dan hampir mencapai puncak. Oleh karena itu, kemungkinan terjadi serangan pada bulan ini tetap tinggi.

"Rusia masih bisa sewaktu-waktu menyerang Ukraina. Tanpa peringatan," katanya.

Jadi, walau sekarang sedikit mereda tetapi risiko meletusnya Perang Dunia III belum sepenuhnya terhapus. Rusia masih mungkin menginvasi Ukraina kapan saja.

"Apa yang kta lihat adalah mereka (Rusia) malah menambah pasukan. Sejauh ini tidak ada de-eskalasi," tegas Jens Stoltenberg, Sekretaris Jenderal NATO, seperti diwartakan Reuters.

Meski begitu, Rusia sebenarnya telah memberikan membelaan. Duta Besar Rusia Untuk Indonesia, Lyudmila Georgievna Vorobieva dalam wawancara ke CNBC Indonesia sempat menyebut sebenarnya tidak ada persoalan yang mengarah pecahnya perang antara Rusia dan Ukraina.

Ketegangan terjadi karena isu yang dihembuskan Amerika Serikat (AS), NATO dan para aliansinya.

"Sebenarnya tidak ada yang terjadi. Dari pihak kami tidak ada niat untuk berperang melawan Ukraina," kata Vorobieva dalam wawancara eksklusif Rabu (16/2/2022).

"Dan tolong jangan salah paham, kami melihat orang Ukraina sebagai saudara. Saya sendiri lahir di Kiev. Ini menyoroti seberapa dekat orang Rusia-Ukraina," tambahnya. "Untuk melawan Ukraina tidak masuk akal."

Vorobieva sendiri mengatakan Rusia hanya mengkhawatirkan keamanan negaranya karena AS dan sekutunya NATO belum memenuhi komitmen mereka untuk tidak memperluas jaringan NATO.

"Ada kesepakatan antara Rusia dan negara-negara NATO setelah runtuhnya Uni Soviet, tetapi ini bukan untuk memperluas NATO tetapi komitmen ini tidak dipenuhi oleh mitra Barat kami," paparnya.

Menurutnya, sejak 1999 hingga 2020, NATO telah melalui lima fase ekspansi, tetapi garis merah bagi Rusia adalah Ukraina menjadi bagian dari kelompok tersebut. Jika ini terjadi, struktur tengah NATO akan menutup perbatasan dan menghadirkan ancaman langsung terhadap keamanan Rusia.

"Jadi kami telah memberikan beberapa proposal kepada para mitra di Barat, termasuk draft perjanjian jaminan keamanan yang akan ditandatangani oleh AS dan NATO. Kami telah menerima beberapa jawaban dari mereka tetapi sayangnya kami tidak terlalu puas dengan jawaban ini," paparnya.

"Tapi bagaimanapun kami siap untuk melanjutkan dialog dan konsultasi karena dari sudut pandang Rusia, solusi militer bukanlah cara untuk menyelesaikan krisis apapun," jelasnya


(aji/dhf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: AS Serang Iran, IHSG Anjlok Lebih Dari 2% ke Level 6.700-an