Ada Opung Luhut & Putin di Balik Perkasanya Rupiah Pekan Ini

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Kamis, 17/02/2022 06:50 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Laju penguatan rupiah belum terbendung di pekan ini. Rabu kemarin rupiah mampu menguat 0,31% ke Rp 14.255/US$. Dalam 3 hari, total penguatan rupiah sebesar 0,66%, dan kini berpeluang memecahkan level terkuat di 2022.

Posisi terkuat rupiah di tahun ini Rp 14.235/US$ tercatat pada 3 Januari, artinya rupiah selangkah lagi bisa dilewati, dan sekaligus akan membukukan penguatan sejak awal tahun atawa year-to-date.

Sentimen positif dari dalam dan luar negeri membuat rupiah tak terbendung. Dari dalam negeri, selain data ekonomi yang apik, keputusan pemerintah untuk tidak lagi mengetatkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menjadi pendongkrak utama penguatan rupiah.


"Kita enggak melihat ada pengetatan-pengetatan lagi. Kita melakukan pelonggaran, tapi dengan monitor ketat," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam konferensi pers usai rapat terbatas, Senin (14/2/2022).

Dengan PPKM yang tidak akan diketatkan lagi, roda perekonomian tentunya bisa berputar lebih kencang lagi, yang berdampak positif bagi rupiah.

Sementara dari eksternal, kecemasan akan terjadinya perang di Eropa Timur mereda setelah Rusia menarik pasukannya dari perbatasan Ukraina.

Presiden Rusia, Vladimir Putin mengonfirmasi kalau Kementerian Pertahanan Rusia telah menarik tentara dan prasarana dan sarana pendukung dari perbatasan Ukraina. Hal itu disampaikan Putin dalam konferensi pers bersama Kanselir Jerman Olaf Scholz di Moskow, kemarin.

Putin mengatakan, Rusia "tentu saja" tidak menginginkan perang. Menurut dia, Rusia siap mencari solusi dengan Barat.

"Kami siap untuk bekerja sama lebih jauh. Kami siap untuk masuk ke jalur negosiasi," ujar Putin seperti dilansir AFP, Rabu (16/2/2022).

Pengumuman tersebut membuat sentimen pelaku pasar mengalirkan investasinya ke negara emerging market seperti Indonesia, yang pada akhirnya berdampak positif ke Mata Uang Garuda.

Dua faktor tersebut masih akan memberikan sentimen positif ke rupiah dan berpeluang melanjutkan penguatan pada perdagangan Kamis (17/2). Apalagi jika melihat indeks dolar AS yang kembali turun 0,19% pada perdagangan Rabu. Penurunan tersebut terjadi setelah rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) yang menunjukkan akan segera menaikkan suku bunga dan mengurangi nilai neraca. Tetapi rilis tersebut dikatakan tidak se-hawkish ekspektasi pasar. 

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR sukses mengakhiri perdagangan Rabu kemarin di bawah rerata pergerakan 100 hari (Moving Average 50/MA 50). Artinya, rupiah kini sudah berada di bawah tiga MA, yang tentunya membuka ruang penguatan lebih lanjut.

Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.240/US$, jika ditembus rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.210/US$ hingga Rp 14.200/US$.

Namun, melihat indikator Stochastic pada grafik harian yang mulai masuk wilayah jenuh jual (oversold), rupiah tentunya berisiko terkoreksi.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang belum mencapai wilayah oversold artinya ada risiko rupiah akan mengalami koreksi ke kisaran Rp 14.285/US$ yang merupakan MA 100. Jika level tersebut ditembus, rupiah berisiko melemah lebih jauh.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS