Ada Ancaman Taper Tantrum 2.0, RI Bakal Kuat Gak Nih?

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
16 February 2022 16:44
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam acara Casual Talks On Digital Payment Innovation Of Banking.
Foto: Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam acara Casual Talks On Digital Payment Innovation Of Banking. (Tangkapan layar via Youtube Bank Indonesia)

Berkaca pada 2013 silam, tapering AS membawa bencana terhadap pasar keuangan global, termasuk Indonesia. Nilai tukar rupiah jatuh, yield surat berharga negara (SBN) melambung dan secara beruntun merusak laju perekonomian dalam negeri.

"Indonesia saat ini jauh lebih baik," ungkap Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam acara yang sama.

Perry menjelaskan, pihaknya mengikuti perkembangan AS dari waktu ke waktu. Khususnya ketika AS mulai menunjukkan pemulihan ekonomi yang lebih cepat, terlihat dari lonjakan inflasi yang bahkan terakhir di atas 7%.

AS jelas kepanasan, sehingga butuh kebijakan untuk meredam kecepatan tersebut. Sehingga mulai dari kebijakan pengurangan likuiditas yang sudah digelontorkan sejak pandemi covid-19. Selanjutnya pada Maret 2022 kenaikan suku bunga acuan akan diambil oleh bank sentral AS the Fed.

"Kita mengikuti prosesnya sehingga siap dengan segala kebijakan yang akan diambil," jelasnya.

Ketahanan fundamental ekonomi Indonesia, kata Perry harus diakui, dilihat dari situasi pertumbuhan ekonomi yang berlanjut, inflasi terkendali, nilai tukar rupiah yang bergerak stabil cadangan devisa yang besar, serta surplus pada transaksi berjalan. Data-data tersebut jauh berbeda dibandingkan dengan 2013 lalu.

Di sisi lain, kata Perry, BI juga memiliki sederet instrumen kebijakan yang bisa dipakai apabila ada tekanan terhadap nilai tukar, baik di pasar spot, DNDF dan SBN.

"Sehingga tidak perlu ada kekhawatiran berlebihan. Ketahanan Indonesia kini memang jauh lebih baik," ujar Perry.

(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular