Diborong Asing, Saham BBNI Melesat & BBCA Sentuh ATH!

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
16 February 2022 16:14
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham dua emiten bank besar, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), kompak ditutup menguat pada penutupan perdagangan Rabu (16/2/2022). Kenaikan kedua saham tersebut diikuti oleh masuknya dana asing dalam jumlah besar.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham BBCA terapresiasi 1,27% ke posisi Rp 7.975/unit. Ini merupakan rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) harian saham BBCA, dengan mempertimbangkan aksi pemecahan nominal saham (stock split).

Dengan ini, harga pada hari ini telah menembus rekor tertinggi harian sebelumnya, yakni pada penutupan perdagangan 9 Februari 2022 di Rp 7.950/unit.

Nilai transaksi saham BBCA hari ini mencapai Rp 608,9 miliar, tertinggi nomor dua di bursa.

Seiring terkereknya saham BBCA, investor asing melakukan beli bersih (net buy) di saham emiten Grup Djarum ini mencapai Rp 220,4 miliar, menjadi yang terbesar di BEI hari ini.

Adapun sejak awal tahun (ytd), asing melakukan net buy di saham BBCA sebesar Rp 3,25 triliun di pasar reguler.

Dalam sepekan saham BBCA naik 0,31%, sedangkan secara ytd melesat 9,25%.

Sementara, saham bank BUMN BBNI ditutup naik 0,32% ke Rp 7.950/unit dengan nilai transaksi Rp 369,9 miliar dan volume perdagangan 46,6 juta saham.

Seperti saham BBCA, investor asing juga berbondong-bondong masuk ke saham BBNI dengan nilai beli bersih Rp 160,0 miliar, tertinggi nomor dua setelah saham BBCA hari ini.

Sejak awal tahun, nilai net buy asing ke saham BBNI mencapai Rp 2,53 triliun.

Menguatnya saham BBNI hari ini semakin meneguhkan kinerja ciamik sejak awal tahun. Secara ytd, saham BBNI sudah melonjak 17,78%.

Kinerja Saham Didorong Rapor Keuangan Moncer

Melesatnya kedua saham tersebut sejak awal tahun ini tak lepas dari torehan kinerja keuangan yang memuaskan sepanjang 2021.

BCA melaporkan laba bersih sebesar Rp 31,4 triliun sepanjang 2021, tumbuh 15,8% year-on-year (YoY) dari laba bersih tahun 2020.

BCA dan entitas anak menutup tahun 2021 dengan total kredit yang tumbuh 8,2% yoy, sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional.

Sejalan dengan pencapaian itu, kredit korporasi naik 12,3% YoY mencapai Rp 286,5 triliun di Desember 2021, menjadi penopang utama pertumbuhan total kredit BCA. KPR, yang menjadi kontributor tertinggi kedua, tumbuh 8,2% YoY menjadi Rp 97,5 triliun. Kredit komersial dan UKM juga naik 4,8% YoY menjadi Rp 195,8 triliun.

Sementara itu, KKB terkoreksi 2,4% YoY menjadi Rp36,0 triliun, dan saldo outstanding kartu kredit tumbuh 5,2% YoY menjadi Rp11,8 triliun. Total portofolio kredit konsumer naik 5,1% YoY menjadi Rp148,4 triliun.

Capaian ini mendukung dana giro dan tabungan (CASA) naik 19,1% yoy di Desember 2021. Pertumbuhan dana dan kredit disertai dengan peningkatan kualitas aset, sehingga biaya provisi tercatat menurun 19,6% dibandingkan tahun sebelumnya.

Setali tiga uang, BNI juga berhasil membuat kinerja ciamik pada tahun buku 2021, di mana laba 2021 tercatat Rp 10,89 triliun atau tumbuh 232,32% yoy, naik 3 kali lipat dari laba pada 2020.

Sementara itu, laba bersih bank secara individual (bank only), tercatat sebesar Rp 10,68 triliun sampai dengan Desember 2021 dari tahun sebelumnya Rp 2,75 triliun.

Pada tahun 2021, bank bersandi BBNI ini tercatat membukukan pendapatan bunga secara konsolidasian Rp 50,02 triliun turun dari tahun sebelumnya Rp 56,17 triliun.

Beban bunga konsolidasian tercatat turun menjadi Rp 11,77 triliun per Desember 2021 dari sebelumnya Rp 19,02 triliun. Sehingga, pendapatan bunga bersih BBNI pada tahun 2021 sebesar Rp 38,24 triliun, meningkat dari capaian tahun 2020 senilai Rp 37,15 triliun.

BBNI tercatat menyalurkan kredit secara konsolidasian sebesar Rp 582,43 triliun pada tahun 2021, naik 5,30% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 553,10 triliun.

Dari sisi total aset BNI, per Desember 2021 tercatat mengalami kenaikan menjadi Rp 964,83 triliun dari Desember 2020 senilai Rp 891,33 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Optimisme Perbankan Akan Pemulihan Ekonomi 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular