
Hat-trick! Rupiah Selangkah Lagi Catat Rekor Terkuat 2022

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses mencatat hat-trick alias penguatan 3 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (16/2). Sentimen positif dari dalam dan luar negeri membuat rupiah selangkah lagi mencatat rekor terkuat di 2022.
Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung melesat 0,28% ke Rp 14.265/US$. Penguatan tersebut sempat terpangkas hingga tersisa 0,07% saja sebelum kembali terakselerasi menjadi 0,42% ke Rp 14.245/US$. Level tersebut merupakan yang terkuat sejak 3 Januari atau di awal perdagangan 2022.
Di penutupan perdagangan hari ini, rupiah berada di Rp 14.255/US$ menguat 0,31% di pasar spot. Dalam 3 hari, total penguatan rupiah sebesar 0,66%.
Posisi terkuat rupiah di tahun ini Rp 14.235/US$, yang tercatat pada 3 Januari, artinya rupiah selangkah lagi memecahkan rekor terkuat 2022 sekaligus akan membukukan penguatan secara year-to-date.
Kabar baik dari dalam negeri menopang penguatan rupiah sejak awal pekan. Bank Indonesia (BI) di awal pekan melaporkan penjualan ritel bulan Desember lalu melesat 13,8% year-on-year (yoy), lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya 10,8% (yoy). Selain itu di bulan Januari, penjualan ritel juga diprediksi masih akan terakselerasi menjadi 16% (yoy).
Konsumsi rumah tangga merupakan kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan pengeluaran. Sehingga ketika penjualan ritel melesat akan berdampak bagus bagi perekonomian.
Kemudian Senin sore pemerintah melonggarkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3.
"[Aturan WFO] sebelumnya 25% jadi 50% atau lebih. Selain itu, aktivitas seni budaya dan tempat wisata dinaikkan jadi 50%," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Selain itu, Luhut menegaskan bahwa hingga saat ini pemerintah belum melihat ada kemungkinan untuk kembali memperketat kebijakan pengetatan.
"Kita engak melihat ada pengetatan-pengetatan lagi. Kita melakukan pelonggaran, tapi dengan monitor ketat," kata Luhut dalam konferensi pers usai rapat terbatas, Senin (14/2/2022).
Dengan PPKM yang tidak akan diketatkan lagi, roda perekonomian tentunya bisa berputar lebih kencang lagi, yang berdampak positif bagi rupiah.
Kemudian meredanya ketegangan di Eropa Timur membuat sentimen pelaku pasar membaik dan kembali masuk ke aset-aset berisiko.
Laporan terbaru menyebutkan beberapa tentara Rusia yang berada di dekat Ukraina diminta kembali ke pangkalan setelah menyelesaikan latihan.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov mengatakan pasukan tersebut telah menyelesaikan latihan perang dan " telah mulai mengemas peralatan mereka ke menggunakan kereta dan truk, serta mulai bergerak ke pangkalan militer mereka."
Kabar tersebut memberikan sentimen positif ke pasar finansial global, terlihat dari bursa saham Eropa hingga AS yang menguat kemarin. Ketika sentimen membaik, maka aset emerging market dengan imbal hasil tinggi seperti rupiah akan kembali menjadi buruan.
Presiden Rusia, Vladimir Putin mengonfirmasi kalau Kementerian Pertahanan Rusia telah menarik tentara dan prasarana dan sarana pendukung dari perbatasan Ukraina. Hal itu disampaikan Putin dalam konferensi pers bersama Kanselir Jerman Olaf Scholz di Moskow, kemarin.
Putin mengatakan, Rusia "tentu saja" tidak menginginkan perang. Menurut dia, Rusia siap mencari solusi dengan Barat.
"Kami siap untuk bekerja sama lebih jauh. Kami siap untuk masuk ke jalur negosiasi," ujar Putin seperti dilansir AFP, Rabu (16/2/2022).
Pengumuman tersebut membuat sentimen pelaku pasar mengalirkan investasinya ke negara emerging market seperti Indonesia.
Di pasar saham terus terjadi capital inflow. Pada perdagangan hari ini, investor asing tercatat melakukan beli bersih (net buy) sebesar Rp 957 miliar di pasar reguler Sehingga sejak awal pekan net buy tercatat lebih dari Rp 1,5 triliun. Pada pekan lalu net buy bahkan lebih dari 7 triliun.
Aliran modal pun deras masuk yang membuat penguatan rupiah tak terbendung.
Sementara itu berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) sepanjang bulan ini hingga 11 Februari, tercatat aliran modal masuk asing masuk ke pasar obligasi sebesar Rp 5,03 triliun, setelah terjadi outflow sekitar Rp 4 triliun di bulan Januari.
Hal tersebut menjadi indikasi pasar obligasi Indonesia masih menarik meski bank sentral Amerika Serikat (AS) akan agresif menaikkan suku bunga di tahun ini yang membuat yield Treasury menanjak.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ngeri Resesi! IHSG Ambrol 2,6%, Rupiah Tak Mampu Menguat