Josss! Rupiah Masih Berjaya Pekan Ini

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
16 February 2022 11:10
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah menguat cukup tajam terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (16/2/2022). Serangkaian data ekonomi Indonesia yang dirilis kemarin menguatkan performa Mata Uang Garuda hari ini.

Melansir data dari Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat tajam 0,24% ke Rp 14.265/US$. Pada pukul 11:00 WIB, rupiah kembali menguat 0,13% di Rp 14.280/US$.

Padahal, dolar AS sedang menguat di pasar spot, tercatat penguatan sebanyak 0,07% di US$ 96,054.

Pada awal pekan, Bank Indonesia (BI) telah merilis penjualan ritel bulan Desember yang melesat 13,8% secara tahunan dan lebih tinggi secara bulanan sebanyak 10,8%. Diprediksikan bahwa penjualan ritel di Januari masih akan tetap meningkat menjadi 16% (year-on-year). Hal tersebut dipicu oleh konsumsi rumah tangga yang meningkat sehingga berdampak bagus bagi perekonomian Indonesia. Rupiah berhasil membukukan penguatan selama hampir sepekan ini.

Tidak hanya itu, Utang Luar Negeri Indonesia pada akhir kuartal IV-2021 turun dibandingkan dengan kuartal sebelumnya menjadi US$ 415,1 miliar dari US$424 miliar.

Hari ini, BI mendorong beberapa lembaga internasional untuk merumuskan Data Gaps Initiative (DGI) baru sebagai tindak lanjut program Menteri Keuangan dan Bank Sentral G20. DGI ini akan membantu menghasilkan data yang berguna dan akurat bagi pelaku bisnis dan pembuat kebijakan untuk mengambil keputusan.

Konsep DGI yang baru mencakup 4 (empat) bidang, yaitu perubahan iklim, informasi distribusi rumah tangga, data tekfin dan inklusi keuangan, serta akses ke sumber data pribadi dan data administratif. Demikian disampaikan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Aida S. Budiman, pada hari kedua pertemuan Rapat Deputi Keuangan dan Bank Sentral (FCBD) yang berlangsung dari tanggal 14 hingga19 Februari 2022 di Jakarta.

Sejak tahun 2015, Bank Indonesia telah menginisiasi berbagai proyek Big Data Analytics, terutama untuk menganalisis keterkaitan dalam sistem keuangan dan pembayaran, serta dalam e-commerce dan teknologi keuangan (Fintech).

Senior Resident Representative IMF untuk Indonesia, James P. Walsh mengatakan big data dan granular data dapat memperkirakan kebutuhan program publik, termasuk mengukur efektivitasnya. Sementara itu, Kepala Ekonom BCA, David Sumual menyatakan data transaksi yang tersedia serta atribut dan perilaku konsumen dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan penilaian terkait kondisi ekonomi mikro dan makro.

Penyelenggaraan kegiatan ini dimaksudkan untuk mendorong perluasan data dan pemanfaatan metodologi baru untuk meningkatkan analisis ekonomi, sehingga menghasilkan pemahaman yang lebih baik tentang kegiatan ekonomi. Sebagai lembaga pembuat kebijakan, BI memastikan pemanfaatan data statistik secara intensif untuk menyempurnakan perumusan kebijakan dalam mencapai tujuannya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular