
Ga Jadi Perang Dunia 3! Bursa Asia Kompak Dibuka Hijau

Jakarta, CNBC Indonesia- Mayoritas Bursa Asia dibuka menguat pada perdagangan Rabu (16/2/2022). Investor masih menunggu rilis data inflasi China, tapi tensi antara Rusia dan Ukraina mulai mereda sehingga membawa katalis positif.
Indeks Nikkei Jepang di sesi awal perdagangan naik 1,45%, sementara indeks Topix menguat 1,13%. Indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,41% dan KOSPI Korea Selatan tumbuh 1,73%.
Sementara itu Hang Seng Hong Kong melonjak 1,08%. Saham di dataran China diperdagangkan di zona hijau di mana indeks Shanghai Composite China naik 0,32%. Sedangkan, Straits Times Singapura terkoreksi tipis 0,39%.
Hari ini, data inflasi China di Januari dijadwalkan akan rilis, di mana Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Indeks Harga Produsen (Producer Price Index/PPI) akan rilis pada pukul 09:30 pagi waktu setempat.
Cerahnya bursa saham Asia pada pagi hari ini tentu saja ada kaitannya dengan performa bursa saham di Wall Street tadi malam. Kemarin, indeks Dow Jones naik 422,67 poin ke 34,988,84 dan indeks S&P 500 melonjak 1,58% ke 4.471,07. Sementara itu, Nasdaq meroket 2,53% ke 14.139,76.
Sektor teknologi menjadi pemimpin kenaikan indeks S&P 500, di mana 9 dari 11 perusahaan sahamnya naik. Namun, saham sektor energi berada di zona merah, turun 1,4%.
Airbnb merilis kinerja keuangan yang melampaui ekspektasi pasar, di mana sektor perjalanan kembali bangkit dari keterpurukannya ketika pandemi Covid-19 melanda. Saham Airbnb melonjak 4% di perdagangan.
Kemarin, pemerintah Rusia mengumumkan bahwa mereka mulai mengembalikan pasukan militernya dari perbatasan Ukraina. Namun, Sekretaris Jenderal North Atlantic Treaty Organization (NATO) Jens Stoltenberg memperingatkan bahwa tentara Rusia sejauh ini tidak memberikan sinyal adanya penurunan kegiatan militer.
"Jika Rusia menyerang, negara sekutu AS siap untuk menjatuhkan sanksi kuat yang akan melemahkan kemampuan Rusia untuk bersaing secara ekonomi," tutur Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dikutip dari CNBC International.
Inflasi yang meningkat membuat investor menunggu risalah rapat bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) di Januari yang dijadwalkan akan dirilis hari Rabu pada pukul 2 siang waktu setempat. Selain itu, Departemen Tenaga Kerja AS merilis PPI yang meningkat 1% di Januari, sehingga membukukan kenaikan 9,7% secara tahunan.
Menurut Analis Pasar Senior OANDA Edward Moya bahwa bursa saham AS optimis sepertinya Rusia tidak akan menginvasi Ukraina pekan ini dan data PPI yang meningkat, sehingga investor tidak yakin bahwa The Fed akan agresif seperti ekspektasi sebelumnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia 'Kebakaran' Kabar Buruk Untuk IHSG Nih!