Kabar Gembira dari Pak Luhut Bikin Rupiah Jadi Juara Asia!
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (15/2) setelah mendapat sentimen positif bertubi-tubi dari dalam negeri.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,14% ke Rp 14.305/US$. Apresiasi rupiah sempat bertambah hingga 0,4% ke Rp 14.270/US$ yang merupakan level terkuat dalam satu bulan terakhir. Di penutupan perdagangan rupiah berada di Rp 14.300/US$ menguat 0,17% di pasar spot.
Meski penguatannya terpangkas cukup signifikan, tetapi rupiah tetap juara alias mata uang terbaik di Asia. Hingga pukul 15:03 WIB, penguatan rupiah masih menjadi yang terbesar, ditempel ketat yen Jepang yang menguat 0,16%
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Kabar baik terus berdatangan dari dalam negeri. Kemarin sore setelah perdagangan ditutup pemerintah melonggarkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3.
"[Aturan WFO] sebelumnya 25% jadi 50% atau lebih. Selain itu, aktivitas seni budaya dan tempat wisata dinaikkan jadi 50%," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Selain itu, Luhut menegaskan bahwa hingga saat ini pemerintah belum melihat ada kemungkinan untuk kembali memperketat kebijakan pengetatan.
"Kita engak melihat ada pengetatan-pengetatan lagi. Kita melakukan pelonggaran, tapi dengan monitor ketat," kata Luhut dalam konferensi pers usai rapat terbatas, Senin (14/2/2022).
Dengan PPKM yang tidak akan diketatkan lagi, roda perekonomian tentunya bisa berputar lebih kencang lagi.
Sebelumnya pada pagi hari Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel bulan Desember lalu melesat 13,8% year-on-year (yoy), lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya 10,8% (yoy). Selain itu di bulan Januari, penjualan ritel juga diprediksi masih akan terakselerasi menjadi 16% (yoy).
Konsumsi rumah tangga merupakan kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan pengeluaran. Sehingga ketika penjualan ritel melesat akan berdampak bagus bagi perekonomian.
Sementara pada hari ini Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor bulan Januari tercatat US$ 19,16 miliar. Sementara nilai impor Indonesia adalah US$ 18,23 miliar, melesat 36,77% (yoy).
Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 930 juta.
Kenaikan impor tersebut lebih rendah dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, yang memperkirakan impor tumbuh mencapai 53,98% (yoy), dengan neraca perdagangan diperkirakan surplus US$ 314 juta.
Meski kabar bagus terus berdatangan dari dalam negeri, tetapi pelaku pasar juga berhati-hati melihat eskalasi tensi antara Rusia dengan Ukraina juga Negara Barat.
Tanda-tanda akan adanya invasi Rusia ke Ukraina Rabu besok semakin menguat. Volodymyr Zelenskiy, Presiden Ukraina, menyatakan ada kemungkinan invasi Rusia terjadi pada 16 Februari atau Rabu ini.
"Kami mendesak para pejabat pemerintah, politisi, dan dunia usaha yang telah meninggalkan Ukraina untuk kembali dalam 24 jam. Kami sudah diberi tahu bahwa 16 Februari akan menjadi hari serangan Rusia. Kita akan membuat hari itu sebagai hari persatuan," terang Zelenskiy, seperti dikutip dari Reuters.
Meski demikian Sergei Lavrov, Menteri Luar Negeri Rusia, merekomendasikan kepada Presiden Vladimir Putin untuk menempuh jalan diplomasi. Menurut Lavrov, AS sudah memberikan proposal yang konkret untuk mengurangi risiko konfrontasi bersenjata.
"Peluang itu ada. Saat ini, saya merekomendasikan memperbanyak peluang tersebut," kata Lavrov, seperti diwartakan Reuters.
Dalam kondisi geopolitik yang penuh ketidakpastian tersebut, dolar AS yang menyandang status safe haven akan lebih diuntungkan. Namun, jika perang akhirnya bisa terhindarkan, rupiah tentunya bisa kembali berjaya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)