
Berkat Pak Luhut, Rupiah "Hajar" Dolar Singapura!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura lagi-lagi melemah melawan rupiah pada perdagangan Selasa (15/2). Dengan demikian mata uang Negeri Kanguru ini sudah merosot dalam 6 hari, bahkan pagi tadi sempat ke bawah Rp 10.600/SG$.
Dolar Singapura pada Senin (7/2) pekan lalu sebenarnya berada di atas Rp 10.700/SG$ yang merupakan level tertinggi dalam lebih dari 5 bulan terakhir. Tetapi setelahnya malah terus merosot. Melansir data Refinitiv, pagi tadi dolar Singapura berada di kisaran RP 10.591/SG$ melemah 0,4%.
Sementara siang ini pukul 13:50 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.616, dolar Singapura melemah 0,16% di pasar spot. Artinya posisinya sedikit membaik, maklum saja selama 6 hari hingga ke level terendah hari ini total pelemahannya nyaris 1%.
Kabar baik dari dalam negeri membuat rupiah perkasa. Kemarin Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel bulan Desember lalu melesat 13,8% year-on-year (yoy), lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya 10,8% (yoy).
"Peningkatan penjualan terjadi pada mayoritas kelompok, terutama pada subkelompok Sandang dan Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau, didorong meningkatnya permintaan selama perayaan HBKN Natal dan Tahun Baru," tulis BI dalam keterangan resminya hari ini.
Selain itu di bulan Januari, penjualan ritel juga diprediksi masih akan terakselerasi menjadi 16% (yoy).
"Kinerja penjualan eceran Januari 2022 diprakirakan terus meningkat. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Januari 2022 sebesar 211,0 atau tumbuh secara tahunan 16,0% (yoy), didorong perbaikan kinerja penjualan eceran seluruh kelompok komoditas, terutama Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan tetap tingginya pertumbuhan subkelompok Sandang," tulis BI.
Konsumsi rumah tangga merupakan kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan pengeluaran. Sehingga ketika penjualan ritel melesat akan berdampak bagus bagi perekonomian.
Apalagi di awal bulan ini IHS Markit melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur di bulan Januari sebesar 53,7, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 53,5.
PMI manufaktur menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawah 50 berarti kontraksi, di atasnya adalah ekspansi.
Artinya, ekspansi manufaktur sejalan dengan peningkatan penjualan ritel, menjadi sinyal terus membaiknya perekonomian.
Sentimen terhadap rupiah semakin positif setelah kemarin sore pemerintah melonggarkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3.
"[Aturan WFO] sebelumnya 25% jadi 50% atau lebih. Selain itu, aktivitas seni budaya dan tempat wisata dinaikkan jadi 50%," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Selain itu, Luhut menegaskan bahwa hingga saat ini pemerintah belum melihat ada kemungkinan untuk kembali memperketat kebijakan pengetatan.
"Kita engak melihat ada pengetatan-pengetatan lagi. Kita melakukan pelonggaran, tapi dengan monitor ketat," kata Luhut dalam konferensi pers usai rapat terbatas, Senin (14/2/2022).
Dengan PPKM yang tidak akan diketatkan lagi, roda perekonomian tentunya bisa berputar lebih kencang lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Singapura Liar Pekan Ini, Efek Pengetatan Moneter?
