Perang Dunia III Bisa Dimulai Lusa, IHSG Bakal Merana?
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses menguat 1,25% sepanjang pekan lalu ke 6.815,607. Bursa kebanggaan Tanah Air ini bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa sebanyak 3 kali.
Rekor tertinggi sepanjang masa pertama kali dicetak di 6.806,730 pada Senin (7/2), kemudian pecah lagi sehari setelahnya di 6.860,750. Pada Kamis (10/2) rekor kembali dicetak di 6.874,351 sebelum akhirnya terkoreksi.
Aliran modal asing yang besar masuk ke dalam negeri menjadi salah satu faktor yang mendongkrak kinerja IHSG, selain juga data-data ekonomi dari dalam negeri.
Sepanjang pekan lalu, investor asing tercatat melakukan beli bersih (net buy) sebesar 7,05 triliun di pasar reguler, dan jika ditambah pasar tunai dan negosiasi totalnya menjadi lebih dari Rp 7,6 triliun. Selama sepekan, nilai transaksi tercatat lebih dari Rp 68 triliun.
Di awal pekan ini, Senin (14/2) data penjualan ritel dari dalam negeri bisa mempengaruhi pergerakan IHSG. Tetapi perhatian utama tertuju pada kemungkinan terjadinya perang dunia III, yang bisa dimulai dari invasi Rusia ke Ukraina.
Sebagai infomasi, Rusia dan Belarusia tengah menggelar latihan perang intensif. Ini dilakukan setelah AS menambah jumlah pasukan di Eropa Timur.
"Invasi Rusia ke Ukraina bisa dimulai kapan saja. Kami tidak bisa memperkirakan waktunya, tetapi kami sudah sampaikan beberapa kali bahwa kemungkinan itu ada," kata Jake Sullivan, Penasihat Keamanan Gedung Putih, seperti diwartakan Reuters.
Mengutip Reuters, laporan intelijen AS menyebut bahwa invasi Rusia ke Ukraina akan terjadi Rabu pekan ini, meski tidak ada pejabat Negeri Adidaya yang bisa memberikan konfirmasi. Jika itu sampai terjadi, maka akan menjadi awal dari Perang Dunia III.
"Kami terus memantau dan membagikan kepada dunia bagaimana situasi di sana. Kami akan berupaya mencegah operasi serangan palsu yang mungkin menjadi awalan dari serangan sungguhan," tegas Sullivan.
Oleksii Reznikov, Menteri Pertahanan Ukraina, mengungkapkan negaranya telah menerima bantuan amunisi seberat 1.500 ton dari pasukan Aliansi yang dipimpin AS. Sementara Ben Wallace, Menteri Pertahanan Inggris, mengingatkan bahwa jangan terlalu berharap kepada upaya diplomasi.
Secara teknikal pada grafik harian indikator Stochastic berada di wilayah jenuh beli (overbought). Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Artinya, risiko penurunan IHSG cukup besar. Meski demikian, IHSG juga berada di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), MA 100 dan MA 200.
Selama mampu bertahan di atas tiga MA tersebut, berlanjutnya penguatan IHSG ke depannya masih terbuka lebar.
Sementara itu jika melihat grafik 1 jam, IHSG akhirnya menembus ke atas pola Rectangle yang dibentuk sejak akhir Oktober lalu. Batas bawah pola tersebut berada di kisaran 6.510 dan batas atas di kisaran 6.735, artinya ada jarak sekitar 215 poin.
Dengan demikian, selama bertahan di atas batas atas pola Rectangle, IHSG berpeluang naik sebesar 215 poin ke 6.950.
Sementara untuk hari ini, support terdekat berada di kisaran 6.780, jika ditembus IHSG berisiko turun ke 6.735 yang akan menjadi kunci pergerakan. Sebaliknya jika mampu bertahan di atas support, IHSG berpeluang menguat ke 6.850, sebelum kembali mencoba memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/vap)