Harga Batu Bara Kembali Sentuh Level Keramat US$ 220/Ton
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kontrak berjangka (futures) batu bara termal Newcastle sepekan ini melesat dan menyentuh level psikologis US$ 220/ton, menyusul masih tipisnya pasokan batu bara dunia di tengah ekspansi pembangkit listrik berbasis batu bara di China.
Pada Jumat (13/2/2022) harga kontrak futures teraktif batu bara pengiriman Maret ditutup melesat 2,44% ke US$ 220/ton. Level itu merupakan tertinggi sejak 19 Oktober 2021, yang saat itu berada di angka US$ 220,9/ton.
Selama sepekan, reli harga terjadi di dua hari pertama perdagangan, yakni Senin dan Selasa, dan sehari perdagangan terakhir. Koreksi dalam dua hari pekan ini tak cukup untuk menolkan penguatan harga sepekan.
Oleh karenanya, secara mingguan harga komoditas andalan utama Indonesia ini terhitung sebesar 6,49% ke level 200/ton. Meski demikian, reli mingguan tersebut belum cukup untuk mengimpaskan koreksi sepekan sebelumnya yang mencapai 8,69% dari US$ 226,25/ton menjadi US$ 206,6 di penghujung pekan lalu.
Pemicu lonjakan harga batu bara tak lain adalah buntut dari kebijakan larangan ekspor batu bara yang diumumkan pemerintah bulan lalu Sepanjang tahun berjalan ini, sebesar 44,98% akibat larangan ekspor Indonesia. Pada akhir tahun lalu, batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) hanya US$ 151,75 per ton.
Indonesia saat ini merupakan eksportir utama batu bara termal di dunia dengan volume ekspor mencapai 400 juta ton (2020), atau setara dengan 40% dari ekspor batu bara jenis pembangkit listrik tersebut yang beredar di pasar global-menurut data International Energy Agency (IEA).
Meski kebijakan itu telah disetop, pemerintah China pada Rabu kemarin memanggil para produsen batu bara, mendesak mereka untuk mendongkrak suplai di tengah kekhawatiran ketatnya pasokan batu bara dunia tahun ini.
Pemerintah China saat ini terus menggonjot pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Terbaru, pembangkit listrik berbasis batu bara ada di Provinsi Zhejiang, yang dioperasikan oleh Zhejiang Energy Group dengan kapasitas listrik hingga 2 gigawatt (GW).
Sebelumnya, Presiden China XI Jinping memang menyatakan Negeri Tirai Bambu bakal mulai mengurangi penggunaan batu bara. Namun itu baru akan terjadi pada 2025. Namun, China diperkirakan masih bakal gencar membangun pembangkit listrik bertenaga batu bara.
State Grid Corporation memperkirakan ada pembangunan pembangkit baru dengan total kapasitas 150 GW sepanjang 2021-2025. Dengan demikian, total produksi listrik dari pembangkit batu bara di China menjadi 1.230 GW.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)