Tunggu Respons The Fed Soal Inflasi, Wall Street Dibuka Hijau

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
11 February 2022 21:54
Trader Gregory Rowe, right, works on the floor of the New York Stock Exchange, Wednesday, Dec. 11, 2019. Stocks are opening mixed on Wall Street following news reports that US President Donald Trump might delay a tariff hike on Chinese goods set to go into effect this weekend. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Pasar Finansial Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) cenderung flat pada pembukaan perdagangan Jumat (11/2/2022), di tengah antisipasi atas kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menghadapi inflasi yang meroket.

Indeks Dow Jones Industrial Average tumbuh 35 poin (+0,1%) pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan selang 20 menit menjadi lompat 185,77 poin (+0,53%) ke 35.427,36. S&P 500 naik 20,48 poin (+0,45%) ke 4.524,56 dan Nasdaq bertambah 56,23 poin (+0,4%) ke 14.241,87.

Indeks Harga Konsumen (IHK) AS dilaporkan mencapai 7,5% (tahunan), menjadi yang tertinggi sejak 1982 dan bahkan melampaui ekspektasi pasar yang memperkirakan angka 7,2%.

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tenor 10 tahun melompat hingga 2% merespons rilis tersebut, jauh meninggalkan posisi akhir 2021 yang hanya 1,51%. Sementara itu tenor 2 tahun yang paling sensitif suku bunga melesat 26 basis poin (bp).

Sejauh ini, Presiden The Fed St. Louis James Bullard menyerukan percepatan kenaikan suku bunga acuan, sebesar 100 poin persen mulai Juli. Namun, pejabat The Fed lain Steve Liesman kepada CNBC menilai kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 bp takkan pantas.

Mengacu pada data kontrak berjangka (futures) di CME, ada 66% peluang kenaikan suku bunga acuan pada Maret nanti sebesar 50 bp. Goldman Sachs bahkan memperkirakan akan ada kenaikan suku bunga acuan sebanyak tujuh kali untuk mendinginkan perekonomian.

"Inflasi semestinya moderat tahun ini karena ketakseimbangan pasokan dan permintaan menghilang dan harga barang kembali normal, tetapi jangka waktu untuk itu masih belum pasti sementara tren inflasi baru-baru ini sangatlah kuat," tutur ekonom Goldman David Mericle dan Jan Hatzius dalam laporan riset yang dikutip CNBC.

Pasar akan memperhatikan respons lebih jauh bank sentral atas persoalan inflasi, sementara Universitas Michigan merilis angka sentimen konsumen.

Kemarin, Dow Jones anjlok lebih dari 500 poin, menghentikan reli tiga hari beruntun dan menggantinya dengan kinerja harian terburuk sejak 18 Januari. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing anjlok sebesar 1,8% dan 2.1%.

Namun masih saja indeks ketiganya masih berada di lajur positif selama sepekan ini. Dow Jones terhitung menguat 0,4% sepekan ini, sementara Nasdaq telah naik 0,6%. Indeks S&P 500 hanya naik 0,1%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular