Analisis Teknikal

Kehabisan Energi, Nampaknya IHSG Masih Lanjut Merah di Sesi 2

Putra, CNBC Indonesia
11 February 2022 13:05
Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Selasa (24/11/2020). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,34% di level psikologis 6.800 atau tepatnya di 6.800,61 di sesi I perdagangan Jumat (11/2/2022).

Sejak awal dibuka, indeks drop. Sempat rebound namun indeks kembali terpelanting. Di sepanjang perdagangan sesi I, level tertinggi IHSG berada di 6.825 sedangkan level terendahnya di 6.779,9.

Nilai transaksi tak seramai perdagangan kemarin di sesi I. Data perdagangan mencatat nilai turnover mencapai Rp 6,35 triliun.

Meskipun IHSG melemah tetapi asing masih net buy di pasar reguler sebesar Rp 234 miliar. Sebanyak 192 saham menguat, 289 saham melemah dan 183 saham stagnan saat IHSG terkoreksi.

Mayoritas bursa saham Asia bergerak di zona merah hingga siang ini. Koreksi paling parah dialami oleh Hang Seng Hong Kong dengan pelemahan 0,63%.

Sentimen tak sedap datang dari AS. Bursa saham Wall Street kembali terbenam di zona merah. Indeks Dow Jones ambles 1,47% sedangkan S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing ambles 1,81% dan 2,10%.

Koreksi tajam yang terjadi di bursa saham New York merespons rilis data inflasi AS bulan Januari 2022. Indeks Harga Konsumen (IHK) AS tercatat naik 7,5% year on year (yoy).

Angka inflasi di bulan Januari 2022 tersebut jauh lebih tinggi dari perkiraan pasar di kisaran 7,2% yoy. Dengan kenaikan inflasi yang tajam, pelaku pasar mulai mengantisipasi kebijakan moneter yang lebih agresif dari the Fed.

Hal ini tercermin dari kontrak futures Fed Fund Rate untuk bulan Maret 2022 yang menunjukkan probabilitas the Fed menaikkan suku bunga acuan langsung 50 bps naik menjadi 81,2%.

Analisis Teknikal

TeknikalFoto: Putra
Teknikal

Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu jam (hourly) dan menggunakan indikator Boillinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).

Jika melihat level penutupan IHSG kemarin dan indikator BB, tampak bahwa indeks bergerak downtrend menuju level support terdekatnya di 6.778.

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

RSI cenderung bergerak turun yang menunjukkan penguatan momentum jual. Terakhir, RSI masih berada di level 50,96 turun dari level sebelumnya di kisaran 59. Namun dengan perkembangan tersebut indeks belum menunjukkan adanya indikasi jenuh jual.

Apabila menggunakan indikator teknikal lain yakni Moving Average Convergence Divergence (MACD), tampak garis EMA 12 sudah memotong dan berada di bawah garis EMA 26 dan bar histogram bergerak di area negatif.

Jika melihat indikator teknikal maka ada peluang IHSG lanjut koreksi di sesi II masih terbuka. Indeks berpotensi menguji level 6.778-6.820 untuk sesi II nanti.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular