Fed Bakal Kerek Suku Bunga 50 Bps di Maret, 'Senyumin' Aja!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 February 2022 12:10
[THUMB] Resesi
Foto: Arie Pratama

Tingginya inflasi di AS menjadi alasan utama The Fed akan agresif menaikkan suku bunga di tahun ini. Kenaikan suku bunga memang bisa meredam inflasi, tetapi jika suku bunga terlalu tinggi maka roda perekonomian bisa melambat, sebab suku bunga kredit akan meningkat, dan ekspansi bisnis perusahaan menjadi terhambat.

Pergerakan yield obligasi AS (Treasury) sudah menunjukkan hal tersebut. Yield Treasury tenor 2 tahun yang sensitif akan kenaikan suku bunga sudah melesat naik. Begitu juga dengan yield Treasury tenor 10 tahun, tetapi kenaikan jauh lebih lambat.

Di akhir tahun 2021, yield Treasury tenor 2 tahun berada di kisaran 0,73%, sementara saat ini berada di kisaran 1,54%, mengalami kenaikan sekitar 81 basis poin, sementara tenor 10 tahun mengalami kenaikan 51 basis poin menjadi 2,01% dari akhir tahun lalu 1,5%.

Artinya, spread yield semakin menyempit, bahkan kemungkinan terjadi inversi atau yield Treasury tenor 2 tahun lebih tinggi dari tenor 10 tahun.

Reuters melaporkan banyak analis melihat inversi akan terjadi di tahun ini. Analis dari bank Standar Chartered salah satunya, yang melihat inversi akan terjadi di akhir tahun ini.
Lary Fink, CEO BlackRock juga mengatakan hal senada pada pertengahan Januari lalu.

"Saya pikir yield Treasury akan mendatar, anda tahu, dan saya bahkan melihat The Fed bisa sangat agresif, saya bisa melihat, anda tahu, kurva yield negatif (inversi)," kata Fink dalam wawancara dengan CNBC International.

Inversi yield di Amerika Serikat menjadi pertanda buruk. Sebab, berdasarkan riset dari The Fed San Francisco yang dirilis 2018 lalu, sejak tahun 1955 ketika inversi yield terjadi maka akan diikuti dengan resesi dalam tempo 6 sampai 24 bulan setelahnya. Sepanjang periode tersebut, inversi yield Treasury hanya sekali saja tidak memicu resesi (false signal).

Inversi yield Treasury terakhir kali terjadi di Amerika Serikat pada 2019 lalu yang diikuti dengan terjadinnya resesi, meski juga dipengaruhi oleh pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19).

Ketika Negara Adidaya mengalami pelambatan ekonomi lagi, bahkan resesi maka dampaknya akan terasa ke berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular