Di Balik Perubahan Nama MNC Energy Investments

Syahrizal Sidik & Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
Jumat, 11/02/2022 09:35 WIB
Foto: Emiten Grup MNC Digugat Pailit, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk resmi berganti nama menjadi PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) sekaligus mengubah kegiatan usaha utamanya dari sebelumnya perusahaan pengangkutan udara niaga dan jasa angkutan udara, menjadi bidang investasi dan perusahaan induk, khususnya di sektor pertambangan batubara.

Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perseroan telah menyetujui pengalihan aset transportasi udara kepada salah satu anak usaha IATA yang dimiliki 99,99% yakni PT Indonesia Air Transport (IAT). Perseroan juga telah mendapat restu dari pemegang sahamnya untuk mengambilalih 99,33% saham PT Bhakti Coal Resources (BCR) dari PT MNC Investama Tbk (BHIT).

Setelah transaksi, struktur perusahaan MNC Energy Investment berubah menjadi 4 entitas perusahaan dari sebelumnya hanya 2 entitas. PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) menjadi perusahaan induk dari empat perusahaan yang terafiliasi, antara lain, PT Indonesia Air Transport (99,99%), PT Global Maintenance Facility (86,94%), PT MNC Infrastruktur Utama (99,99%), dan PT Bhakti Coal Resources (99,33%).


Dalam penjelasannya, manajemen IATA menyampaikan, perubahan haluan bisnis itu dilakukan untuk memitigasi kerugian akibat pandemi Covid-19.

Tercatat, IATA mencatatkan pendapatan usaha sebesar US$ 7,2 juta di bulan September 2021, naik 15% dibanding US$ 6,3 juta pada bulan September 2020. Akan tetapi, kenaikan tersebut diikuti dengan kenaikan berbagai beban usaha yang menghasilkan rugi bersih sebesar USD 4,7 juta untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2021, naik 118% dibanding rugi bersih pada periode yang sama tahun sebelumya sebesar USD 2,1 juta.

"Mengingat industri penerbangan masih belum pulih, IATA meyakini ekspansi di bidang usaha baru menjadi solusi untuk memperbaiki nilai perusahaan. Memanfaatkan momentum yang timbul dari lonjakan harga komoditas batubara yang berkelanjutan dan permintaannya yang terus meningkat, IATA mengambil langkah strategis dengan merambah ke sektor energi, khususnya tambang batubara," urai manajemen, dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (11/2/2022).

Seperti diketahui, sepanjang tahun 2021, harga mineral ini melesat tinggi hingga menyentuh harga tertinggi sepanjang masa. Lonjakan dipengaruhi berbagai aspek, terutama untuk memenuhi kebutuhan energi yang disebabkan oleh pembukaan kembali ekonomi pasca pandemi.

Berbagai komplikasi tambahan seperti gangguan pasokan dan konfik antar negara, ditambah dengan permintaan yang untuk menyambut musim dingin serta banjir di provinsi Shanxi, pusat penambangan batu bara terbesar di China.

"Tahun 2022, harga batubara diprediksi akan terus melejit dampak permintaan yang tinggi dan pasokan yang terus menyusut. Kenaikan ini tentunya turut mendongkrak harga batubara nasional," tulis IATA.

Mengutip data International Energy Agency (IEA), Indonesia mengekspor sebanyak 455 juta ton batubara ke seluruh dunia pada 2019, dan bergerak menjadi 400 juta ton pada 2020 imbas pandemi Covid-19. Posisi tersebut menunjukkan Indonesia sebagai negara eksportir batubara yang mendominasi di pasar global. Sedangkan China menempati posisi teratas negara importir batubara di dunia.


Saksikan video di bawah ini:

Video: Investasi Yang Bisa Dilirik Saat Perang & Suku Bunga Ditahan