Nilai Tersembunyi dari Bank Digital di Masa Depan
Jakarta, CNBC Indonesia - Investor kawakan Tanah Air, Lo Kheng Hong membeberkan alasannya ogah berinvestasi di saham-saham bank digital yang saat ini digandrungi banyak investor.
Menurut Lo, saat ini, di portfolionya saat ini tidak ada satu pun saham bank digital Tanah Air yang dibelinya.
"Di portofolio saya sama sekali tidak ada perusahaan digital, sangat mengerikan buat saya sebagai seorang value investor," kata Lo Kheng Hong, dalam diskusi virtual, Selasa malam (8/2/2022).
Dia membeberkan, saat ini banyak bank digital itu, secara valuasi harga saham dibanding nilai bukunya (price to book value) sangat mahal, bisa sampai 50 kali nilai buku. Sedangkan, asetnya justru kecil, di bawah Rp 10 triliun.
"Tidak mungkin dong saya beli bank kecil, bank kecil aset di bawah Rp 10 triliun tapi price to book 50 kali. Sedangkan ada bank yang asetnya Rp 200 hingga Rp 300 triliun price to book hanya 0,5. Jadi, tidak mungkin saya beli," kata investor yang kerap dijuluki Warren Buffett Indonesia ini.
Dia mengibaratkan, membeli saham-saham bank digital, yang belakangan ini cukup atraktif di pasar harga sahamnya, sama saja seperti membeli bajaj yang dijual dengan harga mobil mewah Mercedez Benz. Untuk itu, Lo, memilih untuk tidak membeli saham perusahaan tersebut.
"Bajaj dijual harga Mercy saya tidak mau beli. Tapi kalau Mercy yang dijual harga Avanza saya mau beli,"
Memang akhir-akhir ini bank-bank mini yang rencananya dirombak menjadi bank digital harga sahamnya melesat tajam. Tapi apakah benar membeli saham-saham bank digital tersebut adalah Bajaj yang dijual seharga Mercy atau ternyata disokong dengan teknologi yang memadai, Bajaj yang dimaksudkan ternyata mampu berubah menjadi robot canggih bak di film Transformers?
(trp/trp)