MLPT Mau Bangun Hyperscale Data Center, Tantang DCII?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
Kamis, 10/02/2022 13:05 WIB
Foto: Dok.Multipolar Technology

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten teknologi Grup Lippo PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) dirumorkan berencana membangun hyperscale data center alias pusat data berskala masif. Apabila rencana tersebut terealisasi, MLPT bisa menjadi salah satu penantang pemain utama data center RI, PT DCI Indonesia Tbk (DCII).

"Memang sedang ada pembicaraan [mengenai hal tersebut]," ujar sumber CNBC Indonesia yg mengetahui rencana ini, Kamis (10/2/2022).

Catatan saja, pusat data (data center) adalah fasilitas yang digunakan perusahaan untuk melengkapi aplikasi dan data penting mereka. Secara sederhana, data center dirancang berdasarkan jaringan penyimpanan dan sumber daya komputasi yang memungkinkan transfer aplikasi dan data bersama.


Sebagai informasi, MLPT bergerak di bidang IT System Integrator, yani melalui penyediaan layanan dan solusi IT, mulai dari perangkat keras dan layanan integrasinya, sistem aplikasi dan layanan implementasinya, layanan IT Consulting, hingga business process managed services.

Asal tahu saja, GTN adalah sebuah perusahaan patungan (joint venture) antara MLPT (65% saham) dan Mitsui & Co. (35%) yang berfokus pada layanan data center.

Apabila ekspansi terealisasi, MLPT berpotensi memiliki kapasitas data center tambahan hingga 25-30MW (megawatts) dari kapasitas saat ini 5MW.

Anak usaha PT Multipolar Tbk (MLPL) tersebut saat ini tercatat hanya memiliki utilisasi 20% di gedung pusat data 2 lantai seluas 4.000 meter persegi di Cikarang, Jawa Barat.

Kapasitas tersebut berpotensi akan mendekati kapasitas data center milik emiten pemimpin pasar besutan Toto Sugiri, DCII, yang saat ini sebesar 37MW.

Ke depan, dikutip dari website perusahaan, DCII sendiri berencana membangun 15 gedung data center baru dengan total kapasitas listrik sebesar 200 MW.

Asal tahu saja, mengutip Forbes (14/12/21), kapasitas data center Indonesia yang sebesar 81 megawatt (MW), masih kalah dengan Singapura yang sebesar 613 MW (data center diurutkan berdasarkan konsumsi daya).

Sementara, menurut data Baxtel, Cushmand & Wakefield, sebagaimana dikutip Forbes (14/12), selain DCII, pemain utama data center RI di antaranya Biznet dengan kapasitas 20 MW, Princeton Digital (asal Singapura) sebesar 17 MW, SpaceDC (Singapura) sebesar 2 MW.

Masuknya MLPT, akan semakin menambah emiten di bursa yang masuk ke bisnis data center.

Sebelumnya, ada emiten telekomunikasi pelat merah PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) lewat Telkomsigma. Emiten properti PT Repower Asia Indonesia Tbk (REAL) dan Grup Sinarmas melalui emiten propertinya, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) juga berencana masuk ke 'gelanggang'.

Prospek data center di Tanah Air terbilang cerah. Menurut riset yang dikutip dari emiten data center dan provider internet PT Indointernet Tbk (EDGE), industri data center di Indonesia diramal bisa tumbuh signifikan sampai dengan tahun 2025 dengan market size tembus US$ 618 juta atau setara dengan Rp 8,96 triliun (kurs Rp 14.500).

Pertumbuhan bisnis data center didorong oleh seiring meningkatnya porsi ekonomi internet di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Menurut riset Google dan Temasek dalam laporan yang berjudul e-Conomy SEA 2020, pertumbuhan ekonomi digital di Tanah Air diperkirakan mencapai US$ 133 miliar pada 2025.

Selain itu, Gross Merchandise Value (GMV) ekonomi internet Indonesia diperkirakan mencapai USD 124 miliar pada tahun 2025.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Curhat Bisnis Properti, Bank Sulit Beri Kredit-Daya Beli Lesu