
Yang Lain Lesu, Rupiah Juara Satu!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali perkasa di perdagangan pasar spot pada Kamis (10/2/2022). Jika bertahan hingga penutupan pasar, maka mata uang Tanah Air akan menguat tiga hari beruntun.
Melansir Refinitiv, pada pukul 09:00 WIB rupiah pada sesi awal perdagangan menguat sebanyak 0,07% ke Rp 14.345/US$. Pada pukul 11:00 WIB, masih menguat dititik tersebut.
Padahal mata uang negara-negara Asia lainnya mayoritas melemah di hadapan greenback. Apresiasi 0,07% sudah cukup untuk membawa rupiah jadi yang terbaik di Asia.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 11:40 WIB:
Menurut Analis Pasar Uang Ariston Tjendra, performa kurs rupiah terhadap dolar AS dibantu oleh data ekonomi yang baik sehingga pasar menjadi optimis terhadap pemulihan ekonomi di dalam negeri. Hal tersebut juga terlihat pada pergerakan indeks saham global pada perdagangan kemarin dan bursa saham Asia yang dibuka cerah pada pagi ini.
Pada hari ini, ditemui dalam Webinar BRI Microfinance Outlook 2022, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan defisit anggaran Indonesia bertambah 10,8% dan dinilai menjadi persentase yang besar sebab rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi hampir 40%.
Apabila dibandingkan negara lain, Indonesia masih cukup aman karena defisit negara lain bisa lebih di atas 10%, di antaranya Singapura naik 13%, Saudi 14%, Afrika Selatan 19% Brasil 19% dan India 24% hanya dalam 2 tahun. Kini persentase defisit mulai diturunkan, sehingga Sri Mulyani optimis jika defisit anggaran akan kembali ke batas di bawah 3% PDB pada tahun depan.
"Defisit anggaran kita kini bisa lebih rendah dari yang diperkirakan dan akan menuju kesehatan APBN kembali," tutup Sri Mulyani.
Kurs dolar AS di sesi akhir perdagangan pasar spot kemarin memang sedang melemah 0,16%, sehingga peluang rupiah untuk menguat hari ini lebih banyak. Ditambah lagi dengan sentimen positif yang terjadi dalam negeri pada pekan ini juga ikut membantu performa rupiah.
Penurunan indeks dolar AS tersebut terjadi akibat pelaku pasar mengantisipasi kemungkinan inflasi yang melandai. Memang hasil survei Reuters menunjukkan inflasi berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK)bulan Januari yang akan dirilis Kamis nanti akan kembali naik menjadi 7,3% year-on-year(yoy) dari bulan sebelumnya 7%, tetapi tidak menutup kemungkinan realisasinya lebih rendah.
Selain itu, pasar sepertinya masih menunggu keputusan dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Februari 2022 pada 9-10 Februari 2022 mengenai apakah Bank Indonesia akan ikut menaikkan suku bunga acuannya mengekor bank sentral lainnya.
TIM CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Musim Tapering, BI Optimistis Rupiah Stabil di Akhir 2021