IATA Banting Stir Jadi Emiten Investasi, Sahamnya ARA 2 Hari

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
09 February 2022 17:50
Indonesia Air/iat.co.id
Foto: Indonesia Air/iat.co.id

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten pengangkutan udara milik pengusaha Hary Tanoesoedibjo, PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk (IATA) melonjak hingga 34% pada penutupan perdagangan Rabu (9/2/2022).

Lonjakan ini terjadi di tengah perusahaan berencana mengubah fokus bisnis ke bidang investasi dan perusahaan induk.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham IATA melesat 34,19% ke Rp 157/saham dengan nilai transaksi Rp 191,99 miliar dan volume perdagangan 1,28 miliar saham.

Kemarin, saham IATA ditutup melesat hingga batas auto rejection atas (ARA) 34,48% ke Rp 117/saham.

Dengan ini, saham IATA sudah melesat selama 4 hari beruntun. Alhasil, dalam sepekan saham ini terbang 109,33%, sedangkan sejak awal tahun (ytd) sudah melambung 141,54%.

Sebelumnya, dalam keterbukaan informasi di BEI pada Selasa (8/2), manajemen IATA menjelaskan, perusahaan berencana mengubah kegiatan usaha menjadi berfokus ke bidang investasi dan perusahaan induk.

Manajemen bilang, alasan dari rencana perubahan kegiatan usaha tersebut sejalan dengan strategi dan upaya perseroan untuk meningkatkan kinerja serta mendorong pertumbuhan kinerja perseroan secara berkelanjutan dan untuk meningkatkan nilai bagi para pemegang saham di masa mendatang.

"Maka perseroan memandang perlu melakukan diversifikasi dan pengembangan usaha dengan mengubah kegiatan usaha utama Perseroan dari perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha pengangkutan udara niaga menjadi perusahaan yang bergerak di bidang investasi serta menjadi perusahaan induk," jelas manajemen, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (9/2).

Hal ini juga sejalan dengan rencana IATA untuk mengakuisisi 99,33% saham PT Bhakti Coal Resources (BCR), sebuah perusahaan induk dari 9 perusahaan batu bara yang berlokasi di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan dari PT MNC Investama Tbk (BHIT).

Dengan ketersediaan cadangan batu bara yang dimiliki BCR, jelas manajemen, IATA berpendapat perlu mengambil langkah strategis untuk memanfaatkan momentum sehubungan dengan potensi permintaan kebutuhan batu bara dan kenaikan harga komoditas batu bara.

Seiring dengan itu, IATA juga bermaksud untuk mengalihkan aset perseroan ke PT Indonesia Air Transport (IAT), anak perusahaan yang 99,99% sahamnya dimiliki oleh IATA.

Untuk merealisasikan rencana tersebut, IATA akan meminta persetujuan pemegang saham independen melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan diselenggarakan pada Kamis besok (10/2).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(adf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Garap Batu Bara, Emiten Hary Tanoe Dapat 2 Investor Baru!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular