
Larangan Ekspor Batu Bara di Januari Bikin Cadev RI Jeblok?

Jakarta, CNBC Indonesia - Cadangan devisa (Cadev) Indonesia turun cukup tajam di awal tahun ini. Bank Indonesia (BI) hari ini melaporkan cadangan devisa per akhir Januari 2022 sebesar US$ 141,3 miliar. Turun US$ 3,6 miliar dari bulan sebelumnya.
Dengan demikian, cadangan devisa Indonesia mengalami penurunan dua bulan beruntun dan berada di level terendah dalam 6 bulan terakhir.
Surplus neraca perdagangan menjadi salah satu penambah devisa. Sebelum menurun dua bulan beruntun, cadangan devisa Indonesia terus mengalami kenaikan hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa US$ 146,9 miliar yang dicapai pada September 2021 lalu.
Hal tersebut sejalan neraca perdagangan yang terus surplus, hingga Desember 2021 tercatat dalam 20 bulan beruntun.
Salah satu pemicu surplus tersebut yakni harga komoditas ekspor andalan Indonesia, minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan batu bara, yang sedang tinggi-tingginya.
Batu bara yang termasuk bahan bakar mineral berkontribusi sebesar 14,98% dari total ekspor di 2021 dengan nilai US$ 32,84 miliar, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Kontribusi tersebut menjadi yang terbesar, hanya sedikit di atas ekspor CPO yang masuk dalam lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 14,97% dengan nilai US$ 32,83 miliar.
Sayangnya, pada bulan Januari lalu pemerintah melarang ekspor batu bara.
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memutuskan untuk menghentikan sementara ekspor batu bara selama sebulan.
Langkah ini dilakukan untuk memastikan pasokan batu bara ke pembangkit listrik, yang pasokannya semakin menipis.
"Soal pasokan batu bara, saya perintahkan kepada Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, dan PLN segera cari solusi terbaik demi kepentingan nasional. Prioritasnya adalah pemenuhan kebutuhan dalam negeri, untuk PLN, dan industri di dalam negeri. Sudah ada mekanisme DMO (Domestic Market Obligation, kewajiban pemenuhan kebutuhan domestik) yang mewajibkan perusahaan tambang untuk memenuhi pembangkit PLN. Ini mutlak, jangan sama sekali dilanggar untuk alasan apapun," tegas Presiden Joko Widodo (Jokowi) di awal Januari lalu.
Larangan tersebut dikatakan berdampak pada penurunan nilai ekspor, yang diperkirakan hingga US$ 1,5 miliar.
"Ini (pelarangan ekspor) mendorong penurunan ekspor batubara sebesar US$ 1-1,5 miliar dari kondisi normal yang berkisar US$ 3-4 miliar. Dengan penurunan kinerja ekspor tersebut maka akan mendorong penurunan devisa hasil ekspor. Meskipun demikian, kinerja ekspor dan devisa hasil ekspor bulan Februari diperkirakan akan cenderung kembali meningkat mengingat pemerintah sudah mulai merelaksasi pelarangan ekspor batubara tersebut," ungkap Ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada CNBC Indonesia, Rabu (9/2/2022)
Turunnya nilai ekspor tersebut tentunya memberikan dampak pada turunnya cadangan devisa di bulan Januari.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Ini Faktor Utama Penyebab Jebloknya Cadangan Devisa RI
