
Pepet All Time High, Ini Kira-kira Nasib IHSG di Sesi 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melesat 0,58% di level 6.828,88 di sesi I perdagangan Rabu (9/2/2022).
Indeks konsisten bergerak di zona hijau sepanjang perdagangan. Indeks bahkan sempat menyentuh level tertinggi intraday di 6.840,39 dekat dengan level tertinggi intraday sepanjang masa 6.860.
Transaksi hari ini cukup ramai tercermin dari nilai turnover yang mencapai Rp 7,84 triliun di mana pada hari normal biasanya hanya sekitar Rp 6 triliun di sesi I.
Asing masih saja getol memborong saham-saham RI yang terlihat dari net buy di pasar reguler mencapai Rp 640 miliar.
Data perdagangan mencatat ada 240 saham yang menguat, 263 saham melemah dan 164 saham stagnan saat IHSG melesat.
Sentimen yang cukup positif datang dari Wall Street. Semalam indeks Dow Jones dan Nasdaq menguat 1% sedangkan S&P 500 naik 0,7%.
Saham-saham AS reli di tengah ekspektasi pasar yang melihat tekanan inflasi di Paman Sam masih tinggi. Data inflasi AS akan dirilis pekan ini dan menjadi cermatan bagi pelaku pasar.
Konsensus memperkirakan inflasi AS bulan Januari 2022 bakal naik 0,5% MoM dan tumbuh 7,3% yoy dan menjadi yang tertinggi dalam 4 dekade terakhir.
Namun Wall Street yang sudah sering terkoreksi memantik investor untuk memanfaatkan momentum tersebut guna menerapkan strategy buy dip.
Bersama dengan IHSG, pasar saham Asia juga kompak bergerak di zona hijau hingga siang ini. Indeks Hang Seng Hong Kong memimpin penguatan dengan apresiasi 2,13%.
Setelah melesat 0,58% di sesi I, bagaimana arah pergerakan IHSG sesi II? Berikut ulasan teknikalnya.
Analisis Teknikal
![]() Teknikal |
Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu jam (hourly) dan menggunakan indikator Boillinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat level penutupan IHSG di sesi I dan indikator BB, tampak bahwa indeks memiliki kecenderungan uptrend menuju level resisten terdekat di 6.861.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Untuk saat ini RSI ada kecenderungan turun yang harus diwaspadai karena mencerminkan mulai adanya momentum jual. Apalagi RSI saat ini bergerak di level 67,34 sangat dekat dengan level jenuh belinya.
Apabila menggunakan indikator teknikal lain yakni Moving Average Convergence Divergence (MACD), tampak garis EMA 12 dan EMA 26 cenderung membentuk pola menyempit atau konvergen dan bar histogram mulai bergerak ke zona negatif.
Perlu diwaspadai bahwa IHSG berpeluang balik arah dan apresiasinya terpangkas di sesi II. Setidaknya indeks akan menguji level 6.800 terlebih dahulu sebagai level support dan psikologis terdekatnya.
Apabila level 6.800 tertembus, maka IHSG berpeluang jebol ke level 6.789. Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000