
Rupiah Perkasa! Ini Obat Kuatnya...

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar hari ini, Selasa (8/2/2022), kembali perkasa setelah kemarin sempat melemah.
Melansir data Refinitiv, pada pukul 09:00 WIB rupiah membuka perdagangan dengan menguat sebanyak 0,1% ke Rp 14.380/US$. Kemudian semakin kuat ke Rp 14.375/US$.
Padahal dolar AS juga sedang terapresiasi. Pada pukul 10:00 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,12%
Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis Produk Domestik Bruto (PDB) yang tumbuh 3,69% senilai Rp 16.970,8 triliun pada 2021. Padahal, PDB tahun sebelumnya sempat tumbuh -2,07%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa seluruh sektor telah pulih seperti manufaktur, perdagangan, konstruksi, transportasi dan pergudangan, pertambangan, serta komunikasi. Artinya, ekonomi Indonesia berangsur pulih di tengah pandemi yang berhasil membuat performa Mata Uang Garuda ini menguat di pasar spot hari ini.
Namun, Indonesia harus tetap waspada akan peluang bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang diprediksikan akan menaikkan suku bunga acuannya hingga 7 kali tahun ini. Jika The Fed bertindak agresif, maka bisa menekan pergerakan rupiah di pasar spot nantinya. Melansir CNBC International, adanya lonjakan yang tinggi dari data gaji pekerja di AS diprediksikan mendorong The Fed untuk lebih agresif lagi tahun ini.
Departemen Tenaga Kerja AS merilis data rata-rata pendapatan per jam di Januari naik 0,7% secara bulanan dan melesat 5,7% secara tahunan pada pekan lalu. Kenaikan tersebut dinilai menjadi yang tercepat sejak Maret 2007. Sektor hiburan dan hotel terdampak paling tinggi sebanyak 13% kenaikan untuk upah dari tahun lalu, upah di sektor financial juga naik 4,8% dan upah di sektor retail melonjak 7,1%.
Goldman Sachs menyakini hal tersebut dipicu oleh "Great Resignation". Artinya, pekerja secara sukarela mengundurkan diri dari pekerjaan mereka secara massal. Menurut Joseph Briggs dan David Mericle, ekonom Gold Sachs, Great Resignation yang terjadi di AS adalah ketika pekerja meninggalkan pekerjaan mereka untuk mencari pekerjaan yang lebih baik dengan upah yang lebih tinggi. Hal ini mendorong rata-rata upah per jam di AS naik dan meningkatkan prediksi inflasi juga akan melonjak.
Pasar telah memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga sekitar lima kali, namun, dengan adanya data di atas membuka peluang untuk tindakan lebih agresif lagi dari The Fed. Peluang kenaikan sebanyak 50 basis poin hingga naik mendekati 30%. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer