Arah Angin Berbalik, Rupiah Tembus Rp 14.300/US$ Pekan Ini?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 February 2022 08:00
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah bangkit melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu, sempat nyaris menembus Rp 14.300/US$, penguatannya kemudian terpangkas dan berakhir di Rp 14.378/US$, atau menguat 0,05%. Meski demikian, rupiah sukses mengakhiri pelemahan dalam dua pekan beruntun.

Di pekan ini rupiah berpeluang kembali melanjutkan penguatan melihat indeks dolar AS yang berbalik arah. Setelah mencapai level tertinggi 19 bulan, sepanjang pekan lalu indeks dolar AS justru jeblok lebih dari 1,8%.

Data tenaga kerja Amerika Serikat yang dirilis apik pada Jumat lalu hanya membuat indeks dolar AS naik 0,11% saja, dan pagi ini kembali turun tipis 0,04%.

Penurunan tersebut terjadi setelah beberapa pejabat elit The Fed (bank sentral AS) mengesampingkan peluang kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin di bulan Maret nanti.
Pelaku pasar saat ini dikatakan sudah price in dengan kenaikan suku bunga sebesar 125 basis poin. Artinya, jika The Fed menaikkan suku bunga 4 kali di tahun ini, salah satunya harus naik 50 basis poin yang ekspektasi di Maret, dan tiga kali lagi masing-masing sebesar 25 basis poin.

Hasil survei yang dilakukan Reuters terhadap analis mata uang menunjukkan dolar AS masih akan mendominasi dalam 3 hingga 6 bulan ke depan, tetapi penguatannya tidak akan jauh dari level saat ini. Itu pun dengan asumsi The Fed menaikkan suku bunga 125 basis poin.

Untuk bisa menguat tajam di tahun ini, para analis tersebut mengatakan The Fed perlu menaikkan suku bunga lagi sebesar 62,5 basis poin. Artinya total The Fed perlu menaikkan suku bunga sebesar 187,5 basis poin agar dolar AS bisa menguat tajam.

Kemungkinan tersebut tentunya kecil yang membuat dolar AS jeblok pada pekan lalu.

Sementara itu dari dalam negeri, kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) menjadi perhatian utama.

Kemarin Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan ada tambahan 36.057 kasus baru, tertinggi sejak 6 Agustus lalu.

Meski demikian, Kementerian Kesehatan melaporkan tingkat keterisian rumah sakit secara nasional masih rendah yakni 23%. Hal ini menjadi indikasi jika virus corona varian Omicron cepat menyebar tetapi tidak menyebabkan penyakit yang parah seperti varian Delta.

Namun, pelaku pasar tetap menanti apakah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akan diketatkan atau tidak.

Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data pertumbuhan ekonomi nasional untuk kuartal IV-2021 yang bisa memberikan dampak ke pergerakan rupiah.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Tanah Air per kuartal IV-2021akan tumbuh 0,98% secara kuartalan. Secara tahunan, ekonomi diprediksi tumbuh 5,06%, jauh lebih baik dari kuartal sebelumnya yang naik 3,51%.

Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2021 diperkirakan sebesar 3,65% yang juga jauh membaik ketimbang capaian 2020 yang minus 2,07%. 

Secara teknikal, tekanan bagi rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih besar dan patut waspada sebab sudah muncul Golden Cross, yakni perpotongan antara rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 500/ MA 50), dengan MA 500 dari bawah ke atas. MA 50 sebelumnya juga sudah memotong MA 100.

Golden Cross bisa menjadi sinyal berlanjutnya kenaikan USD/IDR yang berarti pelemahan rupiah. Dengan kata lain, Golden Cross yang muncul merupakan Death Cross bagi rupiah.

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian mulai keluar dari wilayah jenuh beli (overbought).

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Ketika Stochastic masuk overbought, hal tersebut sebenarnya memberikan peluang rupiah untuk bangkit.

Resisten terdekat kini berada di kisaran Rp 14.390/US$ hingga Rp 14.400/US$. Jika ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.430/US$. Rupiah Berisiko terpuruk di pekan ini jika level tersebut juga dilewati.

Sementara selama support terdekat berada di kisaran Rp 14.350/US$, jika ditembus rupiah berpeluang menguat menuju MA 200 ke Rp 14.330/US$ hingga Rp 14.320/US$. Penembusan ke bawah level tersebut akan membuka ruang penguatan ke Rp 14.300/US$, atau lebih jauh ke bawah di pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular