Tren Kenaikan Suku Bunga di Barat Dimulai, Rupiah Mager

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 February 2022 15:07
foto : CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah tidak banyak bergerak melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (4/2). Maklum saja, pelaku pasar kini menanti rilis data tenaga kerja AS yang merupakan salah satu acuan The Fed (bank sentral AS) dalam memutuskan kebijakan moneter.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat tipis 0,03% di Rp 14.370/US$. Setelahnya rupiah bolak balik di kisaran Rp 14.365/US$ sampai Rp 14.375/US$ atau hanya 10 poin saja, sebelum akhirnya melemah tipis 0,02% ke Rp 14.378/US$

Rabu lalu ADP melaporkan sepanjang bulan Januari terjadi pengurangan tenaga kerja di luar sektor pertanian sebanyak 301.000 orang, padahal hasil survei Reuters memproyeksikan penambahan sebanyak 207.000 orang.

Data ini bisa memberikan gambaran data tenaga kerja versi pemerintah yang akan dirilis hari ini. Hasil survei Reuters menunjukkan pelaku pasar memprediksi akan ada perekrutan tenaga kerja sebanyak 150.000 orang.

Jika data tersebut malah lebih sedikit dari prediksi maka pasar akan semakin yakin The Fed tidak akan menaikkan suku bunga 50 basis poin di bulan Maret nanti.

Beberapa pejabat The Fed juga sudah mengindikasikan hal tersebut. yang membuat indeks dolar AS merosot dalam 4 hari beruntun hingga perdagangan Kamis dengan total nyaris 2%.

Jika data tenaga kerja hari ini juga menunjukkan pengurangan maka pasar akan menimbang-nimbang kembali seberapa agresif The Fed akan menaikkan suku bunga di tahun ini.

Apalagi, The Fed kini mendapat "saingan", bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) kemarin sudah menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, ini menjadi kenaikan kedua beruntun setelah melakukannya sebesar 15 basis poin pada bulan Desember lalu.

Kemudian, bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) yang menghentak pasar dengan membuka peluang kenaikan suku bunga di tahun ini. Hal tersebut membuat nilai tukar euro yang sebelumnya melemah melawan dolar AS berbalik menguat hingga lebih dari 1,2% kemarin, dan masih berlanjut hari ini.

Alhasil indeks dolar AS jeblok, yang membuat rupiah cukup kuat hari ini.

Presiden ECB, Christine Lagarde sebelumnya selalu menyatakan suku bunga kemungkinan tidak akan dinaikkan di tahun ini. Tetapi dalam pengumuman kebijakan moneter kemarin, ketika ditanya kembali mengenai hal tersebut ia menyatakan akan menilai kondisinya dengan hati-hari dan "tergantung data".

Hal tersebut menguatkan spekulasi ECB akan mengikuti bank sentral utama dunia lainnya yang akan menaikkan suku bunga di tahun ini.

Pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 80% ECB akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 10 basis poin di bulan Juni, dan ada probabiliyas 100% kenaikan sebesar 40 basis poin di akhir tahun.

"ECB hari ini membuka ruang untuk spekulasi pasar jika akan ada pengetatan kebijakan moneter di tahun ini," kata Stefano Pesole, ahli strategi valuta asing di ING, sebagaimana diwartakan CNBC International, Kamis kemarin.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular