Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara naik lagi. Ini membuat harga si batu hitam naik dalam dua hari beruntun.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 196/ton. Naik 0,98% dari hari sebelumnya.
Dengan demikian, harga batu bara sudah naik dua hari berturut-turut. Selama dua hari tersebut, harga bertambah 1,82%.
Investor kembali berminat memburu kontrak batu bara karena harganya yang sudah murah. Harga batu bara sempat anjlok empat hari beruntun. Pada 27 Januari-1 Februari 2022, harga batu bara ambles nyaris 18%.
Oleh karena itu, wajar jika harga batu bara berpotensi membukukan technical rebound. Koreksi yang sudah begitu dalam akan membuat investor kembali melirik, melakukan aksi borong, sehingga harga naik.
Dari sisi fundamental, ada ekspektasi permintaan batu bara akan meningkat. Investor khawatir ketegangan di perbatasan Ukraina yang melibatkan Rusia akan membuat pasokan gas alam menjadi seret.
Rusia masih menyiagakan ratusan ribu pasukan di perbatasan Ukraina, yang membikin gerah Amerika Serikat (AS) dan sekutunya di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Presiden AS Joseph 'Joe' Biden akhirnya menggerakkan 'bidak catur'. Biden memerintahkan hampir 3.000 pasukan Negeri Adidaya ke Eropa Timur dalam upaya menggertak Rusia.
Jika sampai meletus perang di Ukraina yang melibatkan Rusia (amit-amit), maka dampaknya akan sangat luar biasa. Eropa sangat bergantung kepada pasokan gas dari Eropa, yang pipanya melewati Ukraina. Sekitar 35% kebutuhan gas Benua Biru datang dari Negeri Beruang Merah.
Saat terjadi konfrontasi bersenjata, tentu pasokan gas ini bakal terganggu. Agar pembangkit liatrik tetap bisa beroperasi, dibutuhkan sumber energi pengganti, dan itu adalah batu bara. Ketika pasokan gas seret, maka batu bara akan menjadi pilihan sehingga permintaan naik dan harga ikut terungkit.
Pada Januari 2022, impor batu bara Uni Eropa tercatat 10,8 juta ton. Melonjak 55,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Pada Desember 2021, impor batu bara Uni Eropa melesat 35,1% yoy.
TIM RISET CNBC INDONESIA