Indeks Dolar AS 3 Hari Nyungsep, Rupiah Bakal "Ngamuk" Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 February 2022 07:10
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Jebloknya indeks dolar Amerika Serikat (AS) serta rilis data ekonomi yang bagus dari dalam negeri membuat rupiah mampu mencatat penguatan dua hari beruntun Rabu kemarin, dan berpeluang berlanjut pada perdagangan Kamis (3/2).

Kemarin rupiah sempat "mengamuk" 0,52% di pembukaan perdagangan sebelum terpangkas dan tersisa 0,17% di Rp 14.355/US$ di akhir perdagangan.

Indeks dolar AS pada perdagangan Rabu kembali merosot 0,41% ke. Dengan demikian indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini sudah merosot dalam 3 hari beruntun.

Jebloknya indeks dolar AS tersebut terjadi setelah pejabat teras bank sentral AS (The Fed) meredakan spekulasi kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin di bulan Maret, menjadi indikasi tidak akan sangat agresif dalam menormalisasi kebijakan moneternya.

Rilis data tenaga kerja versi ADP kemarin menegaskan hal tersebut. ADP melaporkan sepanjang bulan Januari terjadi pengurangan tenaga kerja di luar sektor pertanian sebanyak 301.000 orang, padahal hasil survei Reuters memproyeksikan penambahan sebanyak 207.000 orang.

"Data dari ADP menekankan sikap kurang hawkish dari The Fed," kata Vassili Serebriakov, ahli strategi valuta asing di UBS New York, sebagaimana dilansir CNBC International.

Data ini bisa memberikan gambaran data tenaga kerja versi pemerintah yang akan dirilis Jumat besok, dan menjadi acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneternya.

"Data tenaga kerja di hari Jumat akan lemah, tetapi pasar sudah siap akan hal tersebut. Saya pikir tidak akan ada perubahan yang besar dari The Fed dalam memutuskan kebijakannya sebab fokusnya tertuju ke inflasi," kata Serebriakov.

Dari dalam negeri, kabar baik datang dari sektor manufaktur. Markit melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur di bulan Januari sebesar 53,7, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 53,5.

Artinya, di awal tahun ini sektor manufaktur Indonesia meningkatkan ekspansinya, yang tentunya berdampak positif bagi perekonomian.

Kabar baiknya lagi, permintaan mengalami peningkatan signifikan sehingga sektor manufaktur merekrut tenaga kerja.

Secara fundamental saat ini sedang bagus untuk rupiah, tetapi secara teknikal tekanan masih cukup besar bagi rupiah.

Rupiah yang disimbolkan USD/IDR patut waspada sebab sudah muncul Golden Cross, yakni perpotongan antara rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 500/ MA 50), dengan MA 500 dari bawah ke atas. MA 50 sebelumnya juga sudah memotong MA 100.

Golden Cross bisa menjadi sinyal berlanjutnya kenaikan USD/IDR yang berarti pelemahan rupiah. Dengan kata lain, Golden Cross yang muncul merupakan Death Cross bagi rupiah.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian sudah masuk ke wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Ketika Stochastic mulai masuk overbought, memberikan ruang bagi rupiah untuk bangkit.

Resisten terdekat kini berada di kisaran Rp 14.390/US$ hingga Rp 14.400/US$. Jika ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.430/US$.

Sementara selama support terdekat berada di kisaran Rp 14.350/US$, jika ditembus rupiah berpeluang menguat menuju MA 200 ke Rp 14.330/US$ hingga Rp 14.320/US$. Penembusan ke bawah level tersebut akan membuka ruang penguatan ke Rp 14.300/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular