
BSI Bidik Pertumbuhan Pembiayaan 7,5%, Ini Sektor Andalannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten bank syariah BUMN, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), menargetkan pertumbuhan pembiayaan sebesar 7% sampai dengan 7,5% pada tahun ini.
Direktur Utama Bank Syariah Indonesia, Hery Gunardi mengatakan, pada tahun ini Bank Syariah Indonesia (BRIS) meyakini pembiayaan akan kembali tumbuh pada tahun ini seiring dengan pemulihan ekonomi.
Hal ini didasari oleh indikator proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini pada kisaran 4,6% sampai dengan 5,16%. Sehingga, tren itu akan berimbas pada pertumbuhan simpanan dan penyaluran pembiayaan bank bersandi BRIS ini.
"Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan akan mencapai 8%, pembiayaan 7% -7,5%," kata Hery, dalam konferensi pers, Rabu (2/2/2022).
Hery menuturkan, beberapa sektor yang akan menjadi prioritas penyaluran pembiayaan Bank Syariah Indonesia (BRIS) di tahun ini adalah infrastruktur, sektor energi dan non energi. Sektor kesehatan, termasuk turunannya meliputi rumah sakit dan ekosistemnya. Selain itu, lainnya adalah di sektor pangan, teknologi informasi, hingga di sektor pendidikan.
Pada tahun ini, perseroan akan menerapkan strategi menekan biaya dana (cost of fund) dan menggenjot pendapatan dari sisi fee based income.
"Di 2022, kami ingin bertumbuh dari sisi pembiayaan dan DPK, kami berusaha menjaga efisiensi biaya dan menekan cost of fund. Dana murah, revenue fee based akan kita tingkatkan," ungkapnya.
Sebagai informasi, Bank Syariah Indonesia (BRIS) membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 3,02 triliun sepanjang tahun 2021.
Laba bersih itu naik sebesar 38,45% dari periode yang sama di tahun sebelumnya senilai Rp 2,18 triliun.
Kenaikan laba bersih tersebut mengerek nilai laba bersih per saham dasar BRIS dari sebelumnya Rp 53,52 per saham menjadi Rp 73,69 per saham.
Berdasarkan publikasi laporan keuangan, perusahaan membukukan kenaikan pendapatan pengelolaan dana sebagai mudharib sebesar 5,1% menjadi Rp 17,80 triliun dari periode yang sama di tahun sebelumnya Rp 17,92 triliun.
Pos pendapatan terbesar masih ditopang dari pendapatan dari jual beli Rp 10,18 triliun. Pendapatan bagi hasil senilai Rp 4,45 triliun, pendapatan dari ijarah bersih Rp 75,21 miliar dan pendapatan usaha utama lainnya Rp 3,09 triliun.
(sys)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bank Syariah Indonesia Raih 'The Strongest Islamic Bank 2021'
