
Rupiah Kembali Perkasa, Ini Penyebabnya...

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan pasar hari ini, Rabu (2/2/2022), apa saja pemicunya?
Rupiah membuka perdagangan pasar dengan menguat tajam 0,52% ke Rp 14.305/US. Pada pukul 11:00 WIB, penguatan rupiah terpangkas dan berada di Rp 14.341US$ atau menguat 0,27%.
Hal tersebut tidak lepas dari sentimen positif dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) dalam konferensi pers hari ini yang diwakili oleh Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa BI akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 3,5% sampai ada tanda-tanda kenaikan inflasi.
Diketahui, inflasi saat ini masih di bawah 2% atau di luar rentang asumsi inflasi yang diperkirakan oleh BI maupun pemerintah. Rendahnya inflasi juga menjadi indicator belum ada peningkatan permintaan oleh masyarakat.
BI pada tahun ini mengarahkan kebijakan pada stabilitas dengan tetap mendukung upaya bersama dalam pemulihan ekonomi nasional. Stabilitas dibutuhkan untuk menjaga nilai tukar rupiah bergerak sesuai fundamental. Terutama yang dipengaruhi oleh aksi negara maju seperti Amerika Serikat (AS) yang mulai menaikkan suku bunga acuan.
Selain itu, kabar baik datang dari sektor manufaktur. Markit melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur di bulan Januari sebesar 53,7, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 53,5. PMI manufaktur menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawah 50 berarti kontraksi, di atasnya adalah ekspansi.
Sementara itu, sentiment negatif terus terjadi di Negara Paman Sam, dikutip dari CNBC International pertumbuhan ekonomi di AS pada tahun 2022 diprediksikan akan melambat, padahal pertumbuhan ekonomi pada tahun sebelumnya telah menjadi rekor pertumbuhan tercepat sejak 1984.
Wall street telah menurunkan prediksi untuk Gross Domestic Product (GDP) kuartal pertama karena penyebaran Covid-19 yang tinggi sejak akhir tahun lalu dan kebijakan moneter dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan mulai menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin di bulan Maret. Ditambah, bank sentral wilayah Atlanta melaporkan GDP kuartal pertama yang hanya naik 0,1%.
Goldman Sachs, salah satu perusahaan perbankan investasi di AS memprediksikan GDP pada kuartal pertama tahun ini hanya tumbuh 0,5%. Padahal sebelumnya, diprediksikan tumbuh 2%. Ethan Harris, Kepala Ekonom Bank of America juga menurunkan proyeksi GDP kuartal pertama yang hanya tumbuh di 1% dari proyeksi sebelumnya sekitar 4%.
Dia juga menambahkan hal tersebut karena empat faktor: Omicron, penurunan pembuatan inventaris, kurangnya dorongan fiskal [segala urusan yang berkenaan dengan pajak atau pendapatan negara], dan pengetatan kebijakan moneter dari The Fed.
Selain itu, indeks dolar AS juga memang sedang berbalik arah. Kemarin indeks dolar AS turun 0,16% sementara di awal pekan merosot hingga 0,75%.
TIM RISET CNCB INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer