Wall Street Dibuka Variatif Jelang Rilis Kinerja Emiten Kakap

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
01 February 2022 21:54
In this photo provided by the New York Stock Exchange, trader Americo Brunetti works on the floor, Thursday, March 25, 2021. Stocks are wobbling in afternoon trading Thursday as a slide in technology companies is being offset by gains for banks as bond yields stabilize.(Courtney Crow/New York Stock Exchange via AP)
Foto: AP/Courtney Crow

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) bergerak variatif pada pembukaan perdagangan Selasa (1/2/2022), di tengah antisipasi pemodal atas rilis data manufaktur dan kinerja emiten kakap seperti Exxon Mobil dan Alphabet.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 32 poin (+0,09%) pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan selang 20 menit menjadi 22,69 poin (+0,06%) ke 35.154,55. Namun, S&P 500 turun 3,97 poin (-0,09%) ke 4.511,58 dan Nasdaq surut 57,49 poin (-0,4%) ke 14.182,39.

Saham UPS lompat 8% setelah mencetak kinerja keuangan per kuartal IV-2021 yang melampaui ekspektasi pasar dan mendongkrak nilai pembagian dividen sebesar 49%. Saham pesaingnya yakni FedEx ikut menguat, dengan tumbuh 3% di sesi pembukaan.

Saham General Motors juga naik, sebesar 1,8%, setelah merilis kinerja yang positif. Alphabet (induk usaha Google), Starbucks, AMD dan PayPal juga akan merilis kinerja keuangan mereka hari ini. Menurut Refinitiv, dari 172 emiten anggota S&P 500 yang telah merilis kinerja keuangan, 78,5% di antaranya mencetak kinerja di atas estimasi analis.

"Kami masih mengantisipasi laba yang solid, meski lebih moderat, dari pasar tahun ini, bersamaan dengan tekanan yang kian normal, terutama di tengah transisi kebijakan moneter," tutur Keith Lerner, Kepala Perencana Pasar Truist, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.

Investor masih hari-hati dan berharap bahwa perdagangan bergejolak sepanjang Januari-bulan terburuk S&P 500 sejak Maret 2020-tidak akan terulang kembali. Pasar merosot, dipimpin oleh saham teknologi, karena investor khawatir bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bersiap untuk mengetatkan kebijakan saat pertumbuhan ekonomi melambat.

Namun, masih banyak investor yang menilai bahwa koreksi itu wajar terjadi di tengah pasar yang sedang bullish (dalam tren menguat) sekalipun. Menurut Goldman Sachs, sejak 1950 ada 33 koreksi indeks S&P 500 sebesar 10% lebih dan baru berakhir rata-rata setelah 5 bulan.

Selain itu investor juga memantau Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) versi Institute of Supply Management (ISM) yang diperkirakan menunjukkan aktivitas manufaktur terus meningkat pada Januari, tetapi pada kecepatan yang relatif moderat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular