
Harga Batu Bara Terbang, Saham BUMI Ikut Melesat

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini harga batu bara telah terbang hingga mendekati 14% atau tepatnya 13,83% dalam empat hari terakhir. Terbangnya harga emas hitam ini selama beberapa hari terakhir pun, membuat harga saham emiten batu bara melesat.
Salah satunya, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang pekan ini sahamnya sempat melesat hingga 14%. Berdasarkan catatan RTI, sejak Senin (25/1/2022) saham produsen batu bara terbesar di Indonesia ini tercatat melesat 8,96% menjadi Rp 73/saham. Penguatan di awal pekan tersebut melanjutkan tren dr pekan sebelumnya, yang ditutup naik 3,08%.
Puncak kenaikan saham BUMI tercatat pada Kamis (27/1/2022), dengan posisi Rp 80/saham atau melesat 14,29%. Secara keseluruhan, dalam sepekan terakhir saham BUMI telah melesat 13,43% dan dalam sebulan terakhir sebesar 13,43%.
Sementara hari ini, saham produsen batu bara ini ditutup melemah 5% di posisi Rp 76/saham. Pelemahan hari ini berbarengan dengan turunnya harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 227,75/ton, turun 2,92% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sebelumnya, perusahaan memproyeksikan harga batu bara masih tinggi di tahun ini. Direktur BUMI Dileep Srivastava peningkatan harga saham ini juga dipengaruhi oleh rekor minat perdagangan diilustrasikan oleh volume, permintaan asing, dan kebutuhan dalam negeri. Apalagi saat ini permintaan batu bara sangat tinggi seiring dengan pasokan yang tipis secara global.
Selain itu, Indonesia menurutnya terpengaruh oleh fenomena La Nina yang menghambat aktivitas penambangan.
"BUMI memperoleh keuntungan terbesar dengan larangan ekspor batu bara, sebagai produsen terbesar. Konflik Rusia pun dapat mempengaruhi ketersediaan dan harga, optimisme umum pada kinerja sepanjang 2021 dan potensi ke depan yang positif hingga kemajuan proyek gasifikasi," kata Dileep kepada CNBC Indonesia, Jumat (28/1/2022).
Sebelumnya dia mengungkapkan bahwa kondisi sektor batu bara masih sama seperti tahun lalu. Ada terdapat faktor-faktor yang menyebabkan harga batu bara tetap terjaga, seperti peningkatan permintaan listrik pasca pandemi.
"Kami pikir pertumbuhan pasca pandemi dan peningkatan permintaan listrik. Pertumbuhan di berbagai ekonomi di dunia kemungkinan akan mendongkrak permintaan listrik akan meningkatkan permintaan batu bara akan meningkat," jelas dia
Kenaikan harga batu bara dunia dipicu oleh kenaikan konsumsi daya industri China yang naik 9,1% menjadi 5.509 miliar kilowatt/hour (kWh) pada 2021 jika mengacu kepada data dari National Energy Administration (NEA). Hal yang sama dapat terlihat dari peningkatan konsumsi daya di sektor perumahan naik 7,3% (year-on-year/yoy).
Diketahui, Indonesia sempat menghentikan ekspor batu bara pada awal tahun ini sebab PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) mengalami deficit batu bara yang dikhawatirkan akan mengancam ketersediaan listrik bagi 10 juta pelanggan dalam negeri.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pecah Rekor, BUMI Catat Pendapatan US$ 8,53 Miliar