Indeks Dolar AS Terbang, Rupiah Perlu Banyak Intervensi & Doa

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 January 2022 06:50
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan the Federal Reserve (The Fed) mengindikasikan akan menaikkan suku bunga di bulan Maret, dan akan lebih agresif lagi di tahun ini. Alhasil, rupiah melemah 0,24% melawan dolar AS ke Rp 14.385/US$.

Meski demikian, pelemahan rupiah tersebut terbilang masih normal, tidak ada gejolak yang berlebihan meski The Fed akan sangat agresif menormalisasi kebijakannya pada tahun ini.

Ada kemungkinan Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi guna menstabilkan nilai tukar rupiah, dan bisa dilakukan lagi pada hari ini sebab tekanan masih sangat besar. 

Indeks dolar AS pada perdagangan Kamis melesat 1,33% ke 97,225 yang merupakan level tertinggi sejak Juli 2020. Kenaikan tersebut menyusul rilis pertumbuhan ekonomi AS kuartal IV-2021 yang melesat 6,9% (tahunan).

Capaian yang diumumkan Departemen Perdagangan tersebut melampaui ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones yang hanya memperkirakan angka pertumbuhan sebesar 5,5% secara tahunan.

Hal tersebut menguatkan ekspektasi The Fed akan sangat agresif di tahun ini dan berisiko membuat rupiah jeblok pada perdagangan Jumat (28/1).

Secara teknikal, rupiah yang menembus Rp 14.360/US$ tentunya memberikan tekanan yang lebih besar. Rupiah semakin jauh dari ke atas rerata pergerakan 200 hari (Moving Average 200/ MA 200).

Artinya, Mata Uang Garuda kini berada di atas tiga MA, selain MA 200 juga di atas MA 100 dan MA 50. Sehingga tekanan bagi rupiah menjadi lebih besar.

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian baru mulai masuk ke wilayah jenuh beli (overbought).

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Ketika Stochastic mulai masuk overbought, memberikan ruang bagi rupiah untuk bangkit.

Resisten terdekat kini berada di kisaran Rp 14.390/US$ hingga Rp 14.400/US$. Jika ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.430/US$.

Sementara, selama bertahan di bawah resisten, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.350/US$, sebelum menuju MA 200 di kisaran Rp 14.320/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular