Benarkah RI Bisa Bernasib Sama Dengan Brasil? Cek Faktanya!

Feri Sandria, CNBC Indonesia
27 January 2022 11:16
Launching BUMN Holding Pangan (Tangkapan layar youtube BUMN RI)
Foto: Launching BUMN Holding Pangan (Tangkapan layar youtube BUMN RI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, mengingatkan jangan sampai Indonesia bernasib sama dengan Brasil.

Wejangan ini ia berikan saat memberikan kuliah umum bertajuk "Efektivitas Penanganan Hukum & Ekonomi Dalam Kasus Mega Korupsi" di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta, Rabu (26/1/2022).

Dalam kuliah umum tersebut ia mengkritisi peran anak muda, jangan sampai apa yang terjadi di Brasil dirasakan oleh Indonesia.

"Tidak ada investasi di anak muda Brasil, tidak ada investasi di research and development (R&D), tidak ada perbaikan di teknologi manufaktur. Akhirnya apa? Pertumbuhan ekonomi Brasil menurun dan akhirnya tertinggal," terang Menteri BUMN Erick Thohir.

Erik juga menyebut perkembangan ekonomi saat ini tidak lagi mengandalkan sumber daya alam dan pasarnya saja, tapi pengetahuan akan base economic.

"Ketika kita bicara knowledge base economic, kemudian kita di BUMN tidak punya visi dan keilmuan R&D serta teknologi, akhirnya kita akan bernasib sama dengan Brasil," tandas Erick.

Lalu apakah tudingan Menteri BUMN tersebut nyata dengan kondisi aktual yang terjadi dan fakta apa saja yang memberatkannya?

Brasil dan Indonesia memiliki demografis yang mirip

Sama seperti Indonesia, Brasil juga memiliki populasi yang cukup beragam, terdiri dari banyak ras dan kelompok etnis. Secara umum, orang etnis utama Brasil dapat melacak asal-usulnya pada tiga rumpun utama Eropa, Amerindian, dan Afrika. Secara historis, Brasil telah mengalami banyak percampuran etnis dan ras dan juga asimilasi budaya.

Jumlah populasi juga tidak terlalu jauh berbeda. Brasil tercatat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke-6 di dunia (214 juta penduduk), sedangkan Indonesia berada di peringkat empat dengan 270 juta penduduk.

Kedua negara juga memiliki banyak penduduk muda, dengan umur tengah (median age) penduduk Brasil berada di angka 32,4 tahun (31,5 untuk pria dan 33,3 untuk wanita), sedangkan umur tengah penduduk Indonesia berada di angka 30,2 tahun.

Besaran ekonomi

Kedua negara ini memang merupakan ekonomi terbesar di regional masing-masing. Brasil yang memiliki luas area terbesar dan penduduk terbanyak di Amerika Selatan tercatat memiliki ekonomi paling besar juga dengan produk domestik bruto (PDB) tahun 2021 lalu berada di angka US$ 1,64 triliun, berdasarkan perkiraan IMF.

Sementara itu Indonesia juga negara dengan luas, jumlah penduduk dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dengan IMF memperkirakan PDB 2021 berada di angka US$ 1,15 triliun.

Sedangkan untuk PDB per kapita, Brasil juga masih lebih unggul yakni berada di angka US$ 7.741 per kapita, sedangkan Indonesia US$ 4.224 per kapita.

Alhasil keduanya sama-sama digolongkan menjadi negara pasar berkembang (emerging market) dan karena memiliki besaran ekonomi yang signifikan, kedua negara ini juga termasuk dalam forum G20.

Sama-sama bergantung pada sumber daya alam

Brasil adalah salah satu raksasa di dunia pertambangan, pertanian, dan manufaktur. Negara Amerika Latin tersebut tercatat sebagai produsen terkemuka sejumlah mineral, termasuk bijih besi, timah, bauksit (bijih aluminium), mangan, emas, kuarsa, dan berlian, dan mengekspor sejumlah besar baja.

Brasil telah menjadi produsen kopi terbesar di dunia selama 150 tahun terakhir. Selain itu Brasil juga merupakan produsen utama jeruk, singkong (ubi kayu), gula, kedelai, dan daging sapi.

Tiga komoditas ekspor utama Brasil termasuk minyak bumi mentah (crude petroleum), bijih besi dan kedelai.

Sama dengan Brasil, ekonomi Indonesia juga masih bergantung banyak pada sumber daya alam termasuk di antaranya batu bara, logam mineral seperti nikel dan lainnya hingga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).

Tahun 2016 lalu, perekonomian Brasil mengalami kontraksi sebesar 3,6% atau menyusut 8% dari Desember 2014 ketika awal terjadi krisis di Brasil yang terpukul keras oleh jatuhnya harga komoditas dan krisis politik internal yang telah merusak kepercayaan investor.

Kemerosotan dua tahun tersebut menjadikan jumlah pengangguran meningkat 76% menjadi 12,9 juta, dengan tingkat pengangguran 12,6%.

Kondisi ini sangat parah mengingat Brasil pernah menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia dan masuk dalam kelompok negara BRICS (Brasil, Rusia, China, India, South Africa) yang dianggap oleh banyak investor memiliki potensi pertumbuhan terbaik di dunia.

Namun seiring dengan ekonomi China yang mulai melambat, permintaan atas komoditas pun ikut berkurang yang pada akhirnya berdampak pada penurunan harga.

Akan tetapi, terdapat faktor penghambat lainnya yakni korupsi, yang telah melanda masyarakat Brasil di tingkat tertinggi, menyingkirkan Presidennya, Dilma Rousseff karena memanipulasi rekening pemerintah secara ilegal, dan melibatkan beberapa perusahaan terbesar dan paling terkenal di negara itu.

Selepas krisis tersebut ekonomi Brasil mulai membalik sebelum kembali bermasalah karena dihantam pandemi. Akibatnya tahun lalu inflasi di Brasil menyentuh level dua digit, dengan angka pengangguran ikut meningkat tajam dan diperkirakan akan tetap terjebak dalam resesi selama tahun 2022.

Penyebaran COVID-19 varian Omicron juga menjadi beban tambahan. Di bawah kecaman karena penanganannya terhadap krisis kesehatan dan ekonomi, Presiden Jair Bolsonaro tertinggal di belakang mantan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva dalam polling terbaru di mana pemilu sudah di depan mata, yakni akan dilaksanakan Oktober tahun ini.

Citi dan Morgan Stanley memangkas perkiraan ekonomi Brasil 2022 mereka minggu lalu, sementara J.P. Morgan telah melakukannya awal bulan ini. Termasuk revisi ketiganya, total enam ekonom memprediksi kontraksi yang semula dalam jajak pendapat terakhir tidak muncul.

Inflasi diproyeksikan berada di angka 5,8% untuk 2022, sekali lagi melanggar batas atas target resmi 5,0%. Kenaikan harga konsumen melonjak ke level tertinggi dalam enam tahun, lebih dari 10% pada tahun 2021 meskipun siklus pengetatan kebijakan yang agresif diperkirakan akan membawa suku bunga naik hingga 11,75% tahun ini.

Indonesia Aman?

Meskipun memiliki profil ekonomi yang mirip dengan Brasil - emerging market dengan jumlah penduduk dan PDB yang nyaris serupa- kondisi fiskal dan moneter RI saat ini jauh berbeda dengan yang dialami oleh Brasil.

Mulai dari inflasi yang masih di bawah 2%, suku bunga juga masih ditahan di angka 3,5% serta penanganan pandemi yang jauh lebih baik, setidaknya terlihat dari angka kasus penularan dan jumlah kematian, RI sepertinya tidak akan mengalami nasib yang sama dengan Brasil.

Bank Indonesia dan beberapa lembaga internasional lainnya seperti IMF, OECD dan Bank Dunia bahkan sepakat memperkirakan ekonomi RI dapat tumbuh di atas 5% tahun ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular