Sabar... Kripto Masih Volatil, Bitcoin cs Ambles Lagi
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas cryptocurrency terpantau melemah pada perdagangan Kamis (27/1/2022) pagi waktu Indonesia, setelah sehari sebelumnya sempat rebound, karena investor cenderung merespons negatif dari pernyataan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang berencana menaikkan suku bunga acuannya pada Maret 2022.
Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:30 WIB, kesembilan kripto berkapitalisasi besar terpantau melemah pada pagi hari ini waktu Indonesia. Hanya koin digital stablecoin Tether yang menguat tipis pada hari ini.
Bitcoin merosot 2,73% ke level harga US$ 35.952,61/koin atau setara dengan Rp 517.717.584/koin (asumsi kurs Rp 14.400/US$), Ethereum drop 2,76% ke level US$ 2.386,20/koin atau Rp 34.361.280/koin.
Binance Coin (BNB) ambles 3,71% ke US$ 366,10/koin (Rp 5.271.840/koin), Solana ambruk 6,81% ke US$ 87,01/koin (Rp 1.252.944/koin), dan Terra anjlok 9,42% ke US$ 56,17/koin (Rp 808.848/koin).
Berikut pergerakan 10 kripto besar berdasarkan kapitalisasi pasarnya pada hari ini.
Bitcoin dan kripto lainnya kembali terkoreksi pada hari ini, karena investor cenderung merespons negatif dari pernyataan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) yang berencana menaikkan suku bunga acuannya pada Maret 2022.
"Dengan inflasi yang jauh di atas 2% dan pasar tenaga kerja yang kuat, Komite mengharapkan akan segera menaikkan kisaran target suku bunga acuan," kata pernyataan The Fed.
Ketua The Fed Jerome Powell memperingatkan bahwa inflasi akan tetap tinggi untuk jangka panjang dan masalah rantai pasokan ternyata lebih besar serta lebih tahan lama dari yang diperkirakan sebelumnya.
Investor memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga acuan pertama kali pada pertemuan 15-16 Maret, kemudian dilanjutkan dengan tiga kenaikan suku bunga lagi sepanjang tahun 2022.
Berdasarkan data CME Fedwatch, pelaku pasar mengantisipasi bahwa The Fed bakal menaikkan suku bunga acuan paling cepat 25 bps pada Maret 2022 dengan probabilitas 91,5%.
Pada perdagangan Rabu kemarin waktu Indonesia, Bitcoin dan sebagian besar kripto mulai kembali pulih dari zona koreksi karena investor cenderung memburu kembali di saat harganya sudah relatif lebih murah atau dapat disebut membeli di harga rendah (buy on dip).
Namun nyatanya, mereka masih belum sepenuhnya tertarik kembali memburu aset kripto, karena mereka menilai bahwa sentimen pasar masih cenderung negatif.
Beberapa analis mengatakan bahwa terkoreksinya kembali pasar kripto karena adanya panic selling, sehingga koreksi ini diprediksi tidak akan berlangsung lama seperti pada awal Januari lalu.
Edward Moya, senior market analyst di OANDA mengatakan bahwa fenomena panic selling di cryptocurrency kemungkinan akan berakhir, karena reli di cryptocurrency alternatif (altcoin) dapat terjadi jika pergerakan Bitcoin dapat stabil di kisaran level US$ 40.000 hingga US$ 50.000.
"Panic selling di kripto cenderung akan berakhir jika pergerakan Bitcoin dapat stabil di range US$ 40.000-US$ 50.000 dan bangkitnya kembali beberapa altcoin," kata Moya, dikutip dari CoinDesk.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)