Lega! Kondisi Jenuh Jual IHSG Mulai Mereda
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambles 0,19% di level 6.556 pada sesi I perdagangan Rabu (26/1/2022).
IHSG dibuka menguat di level 6.569,82 di awal perdagangan. IHSG sempat melanjutkan penguatan dan menyentuh level tertingginya di 6.591,90.
Namun setelah itu apresiasi indeks terus terpangkas hingga akhirnya anjlok ke zona merah. IHSG sempat menyentuh level terendah di 6.549,52 pada perdagangan intraday.
Saat IHSG terkoreksi, ada 219 saham yang menguat, 295 saham melemah dan 145 stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp 7,17 triliun dan asing mencatatkan aksi jual atawa (net sell) Rp 107,21 miliar di pasar reguler.
Pergerakan bursa saham Asia cenderung variatif. Indeks Nikkei dan Hang Seng melemah masing-masing 0,24% dan 0,09% sedangkan Shang Hai Composite dan Straits Times naik masing-masing 0,14% dan 0,95%.
Semalam Wall Street kembali ditutup anjlok. Indeks Dow Jonesditutup di 34.297,73,turun0,19%. Kemudian indeks S&P 500 anjlok 1,22% menjadi 4.356,43 dan Nasdaq Composite merosot2,28% menjadi 13.539,29.
Anggota Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) berkumpul pada hari Selasa dan Rabu untuk membahas kebijakan moneter. Investor menanti hasil rapat tersebut untuk kejelasan mengenai agenda kenaikan suku bunga.
Kenaikan suku bunga di AS bisa berdampak pada aliran dana asing yang keluar dari Indonesia. Diperkirakan akan ada sedikit goncangan di pasar keuangan Indonesia. Walaupun tidak separah yang terjadi pada tahun 2013, karena fundamental ekonomi Indonesia yang lebih kuat.
Selain itu sentimen negatif datang dari Dana Moneter Internasional (IMF) yang memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk global.
Lembaga keuangan yang bermarkas di Washington tersebut menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 4,4% tahun ini.
Setelah ambles 0,19%, bagaimana arah pergerakan IHSG di sesi II? Berikut ulasan teknikalnya.
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode waktu jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Berdasarkan indikator BB, level support terdekat IHSG berada di 6.502. Sedangkan level resisten terdekat di 6.617.
Apabila melihat indikator Relative Strength Index (RSI), sebenarnya momentum jual IHSG sudah melemah terindikasi dari pergerakan RSI yang cenderung stagnan di dekat level jenuh jualnya.
Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Saat ini RSI berada di area 37,16.
Apabila menggunakan indikator teknikal lain yakni Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis EMA 12 dan garis EMA 26 sudah membentuk pola menyempit atau konvergen meski bar histogram masih di wilayah negatif.
Secara teknikal IHSG masih berpeluang terkoreksi namun sepertinya tidak akan terlalu signifikan di sesi II.
Indeks perlu melewati atau break salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp)