Saat Saham & Kripto Ambruk, NFT Masih Bisa Jadi Ladang Cuan
Jakarta, CNBC Indonesia - Berbagai aset keuangan mulai dari saham, obligasi hingga cryptocurrency sedang dilanda firesale belakangan ini.
Secara year-to-date (ytd) indeks saham global cenderung berguguran. Indeks MSCI World melemah 7,2%, indeks S&P 500 drop 9%, Nasdaq Composite jatuh lebih dalam dengan koreksi sampai 13,5%.
Pasar saham AS merespons negatif sikap bank sentralnya (The Fed) yang hawkish dan agresif terkait rencana pengetatan moneter dengan mengurangi likuiditas dan menaikkan suku bunga acuan.
Jim Crammer, pemandu acara Mad Money CNBC mengatakan tren koreksi saham di AS kemungkinan masih akan berlanjut hingga bulan Februari karena indeks ketakutan (VIX Index) cenderung mengalami kenaikan yang konsisten.
Pasar saham domestik memang menunjukkan kinerja yang masih mending. Secara ytd, IHSG hanya melemah 0,2%.
Hanya saja koreksi tajam di saham-saham AS yang mungkin berlanjut juga membuka ruang IHSG mengalami hal serupa.
Beralih ke aset digital seperti token kripto, harga Bitcoin dan Ethereum dengan nilai pasar terbesar juga sudah ambles masing-masing 22% dan 35%.
Jika melihat aset-aset keuangan yang terus anjlok, lantas 'ladang' mana lagi yang masih bisa menciptakan cuan?
Salah satu aset digital yang menarik perhatian global dan umurnya relatif baru adalah Non-Fungible Token (NFT). Sederhananya NFT ini bisa apapun, namun yang paling sering dijumpai adalah sebuah karya seni yang didigitalisasi.
Bukan hanya foto, video ataupun audio yang formatnya digital saja, NFT memiliki keunggulan lain yaitu dari sisi orisinalitas dan keotentikkannya.
Jika suatu karya seni seperti lukisan Monalisa Leonardo Da Vinci bisa dipotret dan disimpan dalam format JPEG atau PNG, suatu foto berbasis NFT punya fitur tambahan yakni suatu kode yang unik dan langsung bisa dibedakan mana yang asli mana yang duplikat. Inilah yang membuatnya booming.
Dalam beberapa kasus, NFT tidak hanya diproduksi oleh kalangan yang punya taste terhadap seni tinggi. NFT jauh lebih demokratis karena membuka peluang setiap orang untuk bisa menciptakan karya seninya sendiri dan tentu jadi ladang cuan. Contoh di dunia dan di dalam negeri pun sudah ada.
Nasib pasangan Melcher dan Musslewhite langsung berubah 180 derajat ketika keduanya menjual NFT gambar bebek. Mereka berhasil meraup cuan mencapai US$ 120.000 atau setara dengan Rp 1,72 miliar dengan kurs rupiah saat ini Rp 14.300/US$.
Sebanyak 10 ribu NFT bergambar bebek yang dinamai Dastardly Duck dari pasangan tersebut langsung ludes terjual dalam waktu singkat. NFT dengan kode unik dan 100 karakter berbeda tersebut baru diluncurkan Rabu pekan lalu dan langsung sold out dalam enam jam.
Semua bermula dari Melcher yang kehilangan pekerjaannya sebagai software engineer tahun lalu. Tagihan KPR yang menumpuk dan cash yang menipis membuatnya harus putar otak hingga memutuskan menjual NFT. Siapa sangka keduanya menjadi miliarder hanya dalam waktu singkat.
Kasus serupa juga terjadi pada seorang remaja yang baru mengenyam bangku kuliah bernama Ghozali. Namanya ramai diberitakan media lokal dan internasional setelah lelaki yang baru berusia 22 tahun tersebut meraup cuan miliaran rupiah dengan menjual NFT yang berisikan ribuan foto selfie-nya.
Ghozali Everyday begitu ia dikenal, awalnya membuat foto selfie untuk dijadikan video time lapse saat ia wisuda. Namun nasibnya langsung berubah ketika NFT yang ia jual di platform Open Sea berhasil menciptakan transaksi mencapai lebih dari Rp 10 miliar di platform tersebut.
Dua kasus tersebut menjadi contoh di mana aset NFT masih punya hype dan benar-benar bisa mengubah nasib seseorang dalam waktu singkat. Jadi, apakah kamu berminat mengikuti jejak pasangan Melcher & Musselwhite serta Ghozali?
(trp/vap)