Awas! Usai Cetak Rekor, Harga Sawit Bakal Landai

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
Selasa, 25/01/2022 11:05 WIB
Foto: Ilustrasi Kelapa Sawit (CNBC Indonesia/Rivi Satrianegara)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) turun pada perdagangan hari ini, Selasa (25/1/2022). Bagaimanakah tren harga CPO ke depan?

Pada pukul 09:00 WIB, harga CPO di Bursa Malaysia dibanderol MYR 5.211/ton atau turun 49 poin (-0,93%) dari penutupan perdagangan kemarin. Tercatat pada 14 Januari 2022, harga CPO menyentuh MYR 5.334/ton, yang menjadi harga tertinggi sejak 1980. Namun, harga CPO kembali turun hari ini.


Menurut Reuters, harga CPO dapat menguji titik support di MYR 5.174/ton, yang akan bergerak turun hingga menyentuh target MYR 5.106/ton pada hari ini. Penurunan ini bisa menjadi koreksi yang wajar terhadap siklus harga CPO yang terus naik pada pekan sebelumnya.

Mengacu kepada survei dari Reuters, harga CPO pada tahun ini akan lebih rendah karena kenaikan produksi, tapi sejauh ini masih menunjukkan tren flat.

Harga komoditas minyak sawit mentah pada perdagangan tahun ini menunjukkan pergerakan yang volatile karena terbatasnya pasokan sebab Malaysia membuat pergerakan yang sedikit lambat terkait krisis tenaga kerja dan kebijakan pemerintahnya terhadap energi hijau. Energi hijau artinya energi yang berasal dari tanaman hidup (biomassa) yang biasa disebut biofuel.

Menurut proyeksi dari 18 analis di Reuters, patokan harga CPO diprediksi akan menyentuh rata-rata MYR 4.000/ton pada tahun 2022, turun 3,4% dari rata-rata tahun lalu MYR 4.142/ton.

Source: Reuters

Harga CPO yang telah mencapai rekor tertinggi MYR 5.380/ton pekan ini, diperkirakan akan tetap kokoh selama bulan pertama tahun ini.

"Saat kita memasuki periode produksi yang rendah, pasokan menjadi terbatas, mencerminkan permintaan yang berkelanjutan dan kelemahan struktural dalam produksi minyak sawit." tutur kepala regional di LMC International Julian McGill.

Indonesia dan Malaysia diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan produksi untuk kali pertama dalam tiga tahun terakhir pada tahun 2022. Produksi pada tahun ini di Indonesia dipatok pada 48,5 juta ton, naik 3,4% dari perkiraan sebanyak 46,89 juta di tahun 2021. Sedangkan, produksi di Malaysia diprediksi sebesar 18,8 juta ton, naik 3,9% dari 18,1 juta pada tahun sebelumnya.

Source: Reuters

Responden dari survei memperkirakan produksi akan meningkat pada bulan Juli hingga Desember tahun ini, terutama Malaysia, ketika pasokan pekerja migran dapat menjadi solusi untuk krisis ini. Namun, kondisi cuaca La Nina dan pengurangan pengaplikasian pupuk selama tiga tahun terakhir dapat membatasi keuntungan pasokan.

Kebijakan baru untuk membatasi konsumsi bahan bakar fosil di negara-negara seperti Brasil, Cina, dan Amerika Serikat (AS) dapat meningkatkan permintaan minyak sawit untuk digunakan dalam produksi diesel dan biofuel terbaru tahun ini.

Sementara itu, kekhawatiran tentang inflasi pangan dapat menyebabkan pembatasan permintaan penggunaan biofuel, yang dapat merugikan harga sawit menurut UOB Kay Hian sekuritas.

Indonesia telah memberlakukan kebijakan ekspor untuk para produsen minyak sawit agar mendapat persetujuan ekspor guna mengendalikan harga minyak goreng domestik. Hal tersebut mendorong India untuk mengganti minyak sawit dengan minyak kedelai dan minyak bunga matahari karena pasokan minyak sawit dari Malaysia tidak dapat menutupi kekurangan pasokan dari Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Adu Strategi Sawit RI di Tengah Tekanan Ekonomi Global