
The Fed Beringas, Omicron Ganas: Hati-Hati Market Guncang!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan keempat bulan Januari telah tiba, pelaku pasar patut mencermati beberapa hal untuk menyiapkan strategi investasi dan trading untuk minggu depan.
Dalam sepekan terakhir, pasar keuangan domestik cenderung bergerak variatif (mixed). Pasar saham mencatatkan apresiasi sedangkan untuk obligasi pemerintah (SBN) dan nilai tukar rupiah melemah.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik ke level all time high (ATH)-nya di level 6.726,37. Dalam sepekan IHSG masih mampu menguat 0,49%.
Namun nilai tukar rupiah melemah 0,28% dan ditutup di Rp 14.335/US$ di pasar spot. Sedangkan imbal hasil (yield) SBN 10 tahun Indonesia naik 4 bps menjadi 6,43% pada Jumat (21/1/2022).
Bank Indonesia (BI) mencatat pada periode 17-21 Januari 2022, non-residen di pasar keuangan RI mencatatkan aksi jual neto sebesar Rp 0,14 triliun.
Asing terpantau net sell di pasar SBN sebesar Rp 0,41 triliun. Namun di pasar ekuitas asing masih net buy sebesar Rp 0,27 triliun.
Setidaknya untuk pekan depan ada tiga hal yang menjadi sorotan. Pertama adalah kinerja aset keuangan global.
Pada perdagangan terakhir pekan ini, tiga indeks saham Wall Street kembali anjlok signifikan. Indeks Dow Jones drop 1,30%, kemudian indeks S&P 500 turun 1,89%. Paling parah, Nasdaq Composite yang terjungkal dengan koreksi 2,72%.
Kendati pasar saham AS mengalami koreksi yang tajam, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun justru melemah menjadi 1,77%.
Koreksi tajam harga saham AS yang menjadi kiblat pasar keuangan global tentu saja menjadi sentimen negatif bagi aset berisiko seperti saham di kawasan Asia yang baru akan buka besok, Senin (24/1/2022).
Di awal pekan bank sentral AS (The Fed) juga akan menggelar rapat komite pengambil kebijakan (FOMC), tepatnya pada 25-26 Januari 2022.
Dengan inflasi di AS yang terus membandel, pasar memperkirakan The Fed bakal agresif dalam mengetatkan kebijakan moneternya.
Berdasarkan data kontrak futures Federal Fund Rate /FFR yang menjadi suku bunga acuan AS, pelaku pasar mengantisipasi bahwa The Fed bakal menaikkan suku bunga acuan paling cepat 25 bps pada Maret 2022 dengan probabilitas 88,7%.
The Fed diperkirakan bakal menaikkan suku bunga acuan 4-5 kali di tahun 2022. Setelah itu bank sentral AS juga diprediksi akan menempuh kebijakan moneter kontraktif dengan mereduksi ukuran neracanya (balance sheet).
Selain dua sentimen di atas, perkembangan pandemi Covid-19 juga masih akan menjadi cermatan. Semua disebabkan karena meluasnya infeksi varian baru Covid-19 Omicron.
Sejak ditemukan pada akhir November tahun lalu, kasus harian Covid-19 secara global naik sampai 4x dan sekarang tembus angka 3 juta per hari.
Sementara itu di dalam negeri, kasus infeksi harian Covid-19 meningkat hampir 18x sejak awal tahun. Hingga saat ini secara kumulatif ada 1.161 kasus konfirmasi Omicron ditemukan di Indonesia.
Setelah ditelusuri, lebih banyak infeksi yang ditemukan akibat imported case yang mengindikasikan sumbernya lebih banyak dari luar negeri.
Di Indonesia varian Omicron telah merenggut korban jiwa. Ada dua orang pengidap Covid-19 varian Omicron yang dilaporkan meninggal dunia sejauh ini.
Kenaikan kasus infeksi terutama yang disebabkan oleh varian Omicron ini diyakini menjadi pertanda bahwa puncak kasus sebentar lagi akan terjadi.
Berdasarkan prediksi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), puncak penyebaran Omicron akan terjadi 4 - 8 pekan ke depan atau sekitar Februari - Maret 2022.
Untuk saat ini respons pemerintah baru memperpanjang periode PPKM leveling untuk Jawa dan Bali. Kebijakan tersebut berlaku sejak 18 - 24 Januari 2022.
Secara terperinci saat ini ada 47 wilayah yang menerapkan PPKM Level I. Kemudian wilayah dengan status PPKM Level II ada 80 dan salah satunya adalah Jakarta. Kemudian untuk PPKM Level 3 ada di Kabupaten Pamekasan.
Bagaimanapun juga sentimen negatif masih membayangi pasar keuangan global pekan depan. Untuk IHSG yang sudah menyentuh level ATH, tentu ini harus diwaspadai karena ada peluang tekanan jual untuk profit taking meningkat sehingga membuat kinerja indeks tertekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000