Bursa Asia Ditutup Mixed, Nikkei Ambles Tapi IHSG Melesat!

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
21 January 2022 17:08
pasar saham asia
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia ditutup beragam pada perdagangan Jumat (21/1/2022), di tengah kekhawatiran investor akan meningginya inflasi global. Tingginya inflasi berdampak pada kenaikan suku bunga acuan bank sentral dan tentunya membebani saham teknologi.

Indeks Hang Seng Hong Kong dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup di zona hijau pada hari ini. Hang Seng ditutup naik tipis 0,05% ke level 24.965,55 sementara IHSG berakhir melonjak 1,5% ke posisi 6.726,37.

Sedangkan untuk indeks Straits Times Singapura sejatinya juga ditutup menghijau, tetapi STI hanya naik tipis-tipis cenderung stagnan di level 3.294,86.

Sementara untuk indeks Nikkei Jepang, Shanghai Composite China, dan KOSPI Korea Selatan ditutup merosot nyaris 1% pada hari ini. Nikkei ditutup merosot 0,9% ke level 27.522,26, Shanghai terkoreksi 0,91% ke 3.522,57, dan KOSPI ambles 0,99% ke posisi 2,834.29.

Indeks Hang Seng berhasil ditutup di zona hijau berkat saham-saham properti dan konsumer barang pokok, meski sikap pasar masih cenderung wait and see karena mereka masih khawatir dengan potensi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS).

Saham konsumer barang pokok melesat 2,59%, dengan saham Shenzhou International Group memimpin penguatan, yakni melesat 4,28%, disusul saham restoran hot pot Haidilao International Holding yang melonjak 4,22%.

Sedangkan indeks KOSPI menjadi yang paling besar pelemahannya hari ini, diperberat oleh saham teknologi, mengikuti koreksi besar saham teknologi di AS.

Saham raksasa teknologi Korea Selatan yakni Samsung Electronics dan SK Hynix menjadi pemberat KOSPI pada hari ini, di mana keduanya ambles 1,18% dan 4,80%.

Sementara itu dari Jepang, data inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) periode Desember 2021 mulai mengalami kenaikan.

Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) melaporkan IHK Negeri Sakura pada Desember tahun lalu naik menjadi 0,8% secara tahunan (year-on-year/YoY), dari sebelumnya pada periode yang sama tahun 2020 sebesar 0,6%.

Adapun IHK inti Jepang pada Desember tahun lalu masih sama seperti Desember 2020 yakni sebesar 0,5%.

Meski inflasi Jepang mulai naik, tetapi hal ini tidak akan memicu pengetatan kebijakan moneter secara lebih cepat oleh BoJ, karena inflasi Jepang saat ini masih jauh di bawah target BoJ yang sebesar 2%.

Variatifnya bursa Asia pada hari ini terjadi di tengah masih terkoreksinya bursa AS, Wall Street pada perdagangan Kamis kemarin waktu AS.

Indeks Dow Jones ditutup merosot 0,89%, S&P 500 ambles 1,11%, dan Nasdaq Composite ambrol 1,3%.

Dengan ini, sepanjang pekan ini, Wall Street tidak pernah ditutup menghijau.

Kekhawatiran bahwa The Fed akan secara agresif bergerak untuk menaikkan suku bunga tahun ini berdampak pada pasar. Investor dengan cemas menunggu pertemuan The Fed pekan depan untuk mendapatkan petunjuk baru tentang bagaimana Jerome Powell cs akan mengatasi inflasi.

Sementara itu, lonjakan kasus virus corona (Covid-19) varian Omicron dapat memicu terganggunya kembali pemulihan ekonomi, terlihat dari data klaim pengangguran AS yang kembali naik pada pekan lalu.

Klaim tunjangan pengangguran untuk pekan yang berakhir 15 Januari 2022 mencapai 286.000, menjadi level tertinggi sejak Oktober 2021. Angka tersebut jauh di atas perkiraan Dow Jones 225.000 dan menjadi kenaikan substansial dari 231.000 pada pekan sebelumnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular