
Kebijakan BI Bikin Rupiah Perkasa di Kurs Tengah & Pasar Spot

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses menghentikan pelemahan dalam 3 hari beruntun di kurs tengah Bank Indonesia (BI) serta pasar spot pada perdagangan Kamis (20/1). Kebijakan BI yang menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) menjadi salah satu pemicu penguatan rupiah.
Melanit data dari BI, kurs tengah atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini berada di Rp 14.354/US$, menguat 0,11% dibandingkan posisi kemarin. Sementara di pasar spot, rupiah menguat 0,17% ke Rp 14.335/US$.
Di awal perdagangan pasar spot rupiah sempat melesat 0,28%, tetapi sempat stagnan siang tadi. Rupiah kemudian sukses menguat lagi dan terakselerasi setelah BI dalam pengumuman kebijakan moneter hari ini memutuskan bakal mulai menaikkan GWM secara bertahap hingga akhir kuartal III-2022. Kebijakan ini tentu akan mengurangi likuiditas di perbankan.
Pada tahap pertama, GWM akan naik 150 basis poin (bps) menjadi 5% dengan pemenuhan harian 1% pada 1 Maret 2022. GWM Rerata ditetapkan sebesar 4%.
Kemudian pada 1 Juni 2022 GWM akan naik 100 bps menjadi 6% dengan pemenuhan harian 1%. GWM Rerata ditetapkan 5%.
Terakhir, GWM akan naik lagi sebesar 50 bps menjadi 6,5% pada September 2022 dengan pemenuhan harian 1%. GWM Rerata ditetapkan 5,5%.
Perry Warjiyo, Gubernur BI, menilai likuiditas perbankan saat ini begitu longgar. Rasio Alat Likuid per Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) mencapai 35,15%. Jauh lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yakni 23%.
Oleh karena itu, Perry meyakini kenaikan GWM tidak akan mempengaruhi kemampuan perbankan dalam menyalurkan kredit. Meski ada kenaikan GWM, AL/DPK diperkirakan tetap berada di kisaran 30% pada September 2022.
Kenakan GWM tiga kali pada 2022, tambah Perry, diperkirakan 'menyedot' likuiditas sekitar Rp 200 triliun dari sistem perbankan. Jumlah itu diyakini masih bisa membuat perbankan punya ruang untuk 'bernapas'.
"Perbankan ini juga masih mendapatkan hasil karena ada remunerasi suku bunga 1,5% per tahun khusus GWM Rerata. Bank-bank yang menyalurkan kredit ke sektor prioritas dan inklusif akan kami berikan insentif sehingga nanti ada penurunan GWM sampai dengan 1%, tergantung kemampuan perbankan pada penyaluran kredit ke sektor prioritas," terang Perry.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia
