Rupiah Menguat Tajam di Awal Sesi, tapi Jangan Senang Dulu!
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah 3 hari mengalami pelemahan, rupiah menguat tajam di awal perdagangan Kamis (20/1). Meski demikian, rupiah masih rentan berbalik arah, sebab banyak sentimen negatif masih membayangi.
Melansir data Refintiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung melesat 0,28% ke Rp 14.320/US$. Tetapi tidak lama, penguatan rupiah terpangkas hingga tersisa 0,03% saja di Rp 14.355/US$ pada pukul 9:16 WIB.
Penguatan rupiah di awal perdagangan hari ini tidak lepas dari turunnya yield obligasi (Treasury) AS kemarin.
Yield Treasury AS tenor 10 tahun sebelumnya mencatat penguatan 2 hari beruntun, dan berada di level tertinggi sejak Desember 2019. Kenaikan tersebut berisiko memicu capital outflow dari pasar obligasi Indonesia, yang bisa membuat rupiah tertekan.
Namun kemarin, yield Treasury turun 2,14 basis poin ke 1,8539% yang turut membuat indeks dolar AS melemah 0,23%. Hal tersebut membuat rupiah mampu menguat pagi ini.
Tetapi kenaikan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) varian Omicron baik di luar dan dalam negeri masih akan memberikan tekanan ke rupiah.
Kemarin, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengumumkan ada tambahan 1.745 kasus. Penambahan tersebut merupakan yang terbanyak dalam nyaris 4 bulan terakhir, tepatnya sejak 29 September ketika ada penambahan sebanyak 1.954 kasus.
Terus menanjaknya kasus Covid-19 akibat varian Omicron dikhawatirkan akan membuat pemerintah kembali mengetatkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang tentunya bisa menghambat laju pertumbuhan ekonomi lagi. Apalagi Presiden Joko widodo (Jokowi) juga meminta masyarakat untuk tidak banyak beraktivitas di luar rumah, seiring dengan kenaikan kasus covid-19 di tanah air.
"Jika bapak ibu tidak memiliki keperluan mendesak, sebaiknya mengurangi kegiatan di pusat keramaian. Dan untuk mereka yang bisa bekerja dari rumah, work from home, lakukanlah kerja dari rumah," ungkap Jokowi melalui akun youtube yang dikutip CNBC Indonesia, Selasa (18/1/2022).
Selain itu, varian lokal Covid-19 kini ditemukan di Indonesia. Varian yang bermutasi dan berkembang biak di lingkungan sekitar itu pertama kali ditemukan di Surabaya, Jawa Timur.
Institute Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga pertama kali menemukan varian tersebut, setelah melakukan uji coba pada 18 sampel yang terdeteksi dari pasien Covid-19 di universitas."Ada 8 varian Omicron, 9 varian Delta, dan satu varian lokal," kata Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Erwin Astha Tryiono, seperti dikutip detik, Rabu (19/1/2022).
ITD sendiri mengklaim bahwa varian tersebut berbeda dengan mutasi Covid-19 manapun, baik itu Delta atau Omicron. Varian itu juga disebut berbeda secara karateristik dengan Covid-19 yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada 2019 lalu.
Meski demikian belum ada keterangan lagi apakah varian ini lebih menular dari Omicron atau varian lainnya yang dulu ada.
Selain itu, perhatian juga tertuju ke Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan kebijakan moneter pada hari ini. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 3,5%. Seluruh institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus sepakat bulat, tidak ada yang mbalelo.
Jika sesuai ekspektasi, maka suku bunga acuan akan bertahan di 3,5% sejak Februari 2021 atau hampir setahun. Ini adalah suku bunga acuan terendah dalam sejarah Indonesia merdeka.
Meski demikian, BI diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada pertengahan tahun ini.
"Saya memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate baru naik paling cepat Juni," ujar Tirta Citradi, Ekonom MNC Sekuritas.
"Kenaikan suku bunga acuan kemungkinan baru terjadi pada semester II, sebanyak 50 basis poin (bps). Namun kenaikan ini akan tergantung dari perkembangan inflasi domestik," sebut Helmi Arman, Ekonom Citi.
Jika Gubernur BI, Perry Warjiyo, memberikan sinyal suku bunga akan dinaikkan di pertengahan tahun ini, maka rupiah berpeluang bangkit pada perdagangan hari ini, Kamis (19/1). Meski demikian, respon penuh baru akan terasa besok, sebab BI mengumumkan kebijakan moneternya beberapa saat sebelum perdagangan di dalam negeri ditutup.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)