
Duh! Bursa Asia Lagi-Lagi Dibuka Lesu, Bahaya untuk IHSG

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia kembali dibuka melemah pada perdagangan Kamis (20/1/2022), seiring kembali melemahnya bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu kemarin meski imbal hasil obligasi pemerintah AS sudah kembali menurun.
Hanya indeks Hang Seng Hong Kong yang dibuka cenderung menguat pada hari ini, di mana Hang Seng dibuka menguat 0,65%.
Sedangkan sisanya kembali dibuka cenderung melemah pada hari ini. Nikkei Jepang dibuka melemah 0,25%, Shanghai Composite China turun tipis 0,07%, Straits Times Singapura (STI) terkoreksi 0,26%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,12%.
Dari Jepang, data perdagangan Negeri Matahari Terbit pada Desember tahun 2021 tercatat turun. ekspor Jepang pada Desember tahun lalu naik 17,5%, lebih rendah dari November 2021 yang naik sebesar 20,5%. Meski turun, tetapi angka ini lebih baik dari perkiraan pasar dalam polling Reuters yang memperkirakan kenaikan sebesar 16%.
Sedangkan impor Negeri Matahari Terbit juga hanya naik sebesar 41,1% pada Desember tahun lalu, dari sebelumnya pada November tahun lalu naik sebesar 43,8%.
Sementara itu dari China, bank sentral (People Bank of China/PBoC) memutuskan untuk memangkas suku bunga pinjaman acuannya pada hari ini. Suku bunga pinjaman bertenor 1 tahun turun menjadi 3,7%, dari sebelumnya sebesar 3,8%. Sedangkan suku bunga pinjaman berjatuh tempo 5 tahun juga turun menjadi 4,6%, dari sebelumnya sebesar 4,65%.
Pemangkasan suku bunga pinjaman acuan PBoC sesuai dengan perkiraan pasar, di mana mereka memperkirakan PBoC akan memangkas suku bunganya, seiring dukungan moneter yang longgar karena masih belum pulihnya perekonomian China, apalagi saat ini China sedang dihadapi oleh kenaikan kasus virus corona (Covid-19) varian Omicron.
Bursa Asia lagi-lagi cenderung mengikuti pergerakan bursa AS, Wall Street yang kembali terkoreksi di kisaran 1% pada Rabu kemarin waktu setempat.
Indeks Dow Jones ditutup terkoreksi 0,96% ke level 35.028,648, S&P 500 merosot 0,97% ke 4.532,78, dan Nasdaq Composite kembali ambruk 1,15% ke posisi 14.340,25.
Kembali terkoreksinya bursa saham Negeri Paman Sam tersebut terjadi setelah rilis laporan keuangan perusahaan AS yang beragam dan seiring sikap investor yang terus khawatir soal imbal hasil (yield) obligasi pemerintah (Treasury) AS yang lebih tinggi serta adanya pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Indeks saham AS memang sudah mengalami masa sulit sejak awal 2022, seiring kenaikan cepat yield Treasury di tengah kekhawatiran The Fed akan menjadi agresif dalam mengendalikan inflasi yang terutama akan memukul saham pertumbuhan dan teknologi.
Melansir CNBC International, yield Treasury AS bertenor 10 tahun sempat mencapai 1,9% pada Rabu kemarin, menjadi level tertinggi sejak Desember 2019.
"Investor khawatir bahwa suku bunga yang lebih tinggi dan kondisi keuangan yang lebih ketat akan menyebabkan kompresi valuasi, yang pada dasarnya membatalkan sebagian besar sumbangan The Fed selama satu dekade," kata Jack Ablin, founding partner Cresset Capital dan CIO, dikutip CNBC International.
Sebelumnya pada Selasa waktu setempat, melonjaknya yield obligasi pemerintah Negeri Paman Sam mendorong aksi jual saham, utamanya saham teknologi dan pertumbuhan. Bahkan, yield Treasury berjatuh tempo 2 tahun yang mencerminkan ekspektasi suku bunga jangka pendek sempat mencapai 1% untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
