
Jika Harga Minyak US$ 100/Barel, Sri Mulyani 'Cuan' Rp 14 T!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia masih kuat naik. Ke depan, bukan tidak mungkin harga si emas hitam menyentuh US$ 100/barel.
Pada Kamis (20/1/2022) pukul 05:50 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 87,73/barel. Naik 0,22% dari hari sebelumnya.
Sedangkan yang jenis light sweet alias West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 86,96/barel. Bertambah 1,79%.
Harga minyak mengawali 2022 dengan gilang-gemilang. Sejak akhir 2021 (year-to-date), harga brent dan light sweet melonjak masing-masing 12,57% dan 14,56% secara point-to-point. Satu catatan lagi, harga minyak mencatatkan rekor tertinggi sejak 2014.
Ledakan di pipa minyak Provinsi Kahramanmaras (Turki) menjadi salah satu faktor pendongkak harga. Pipa ini menjadi salah satu jalur minyak utama.
Kahramanmaras adalah wilayah Kurdi, yang memegang peran penting dalam ekspor minyak Turki. Ekspor minyak dari wilayah Kurdi mencapai rata-rata 10 juta barel/bulan pada Oktober-Desember 2021. Minyak dari wilayah ini kebanyakan dikirim ke Kroasia, Yunani, Italia, dan Spanyol.
Gangguan di pipa minyak (yang bukan disebabkan oleh serangan) Kahramanras tentu akan mempengaruhi pasokan minyak ke negara-negara Eropa tersebut. Makanya tidak heran harga bergerak ke utara alias naik.
Sejumlah pihak meyakini bahwa harga minyak masih bisa naik lagi. Target harga di US$ 100/barel sepertinya bukan sesuatu yang jauh dari jangkauan.
"Mungkin ketika harga minyak menyentuh US$ 90/barel akan terjadi profit taking. Namun harga minyak di US$ 100/barel tetap sebuah target yang realistis," tegas Craig Erlam, Senior Market Analyst di OANDA, seperti dikutip dari Reuters.
Halaman Selanjutnya --> Harga Minyak Naik, APBN 'Untung'
