Wuih, Orang Ini Mengelola Duit Setara GDP Negara Maju!

Putra, CNBC Indonesia
Kamis, 20/01/2022 07:55 WIB
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Larry Fink, seorang pria berkewarganegaraan AS yang kini berusia 70 tahun sudah lama dijuluki sebagai "King of Wall Street".

Apa yang membuatnya dijuluki sebagai raja di kiblat pasar modal global tersebut tak lain dan tak bukan adalah karena pengaruhnya.

Larry Fink merupakan seorang fund manager yang mendirikan perusahaan investasi bernama BlackRock. Layaknya perusahaan investasi pada umumnya, BlackRock memutar uangnya di berbagai aset seperti obligasi hingga saham.


Hal yang menarik dari BlackRock adalah besarnya aset yang dikelola perusahaan atau lebih sering disebut sebagai Asset Under Management (AUM).

Hingga September 2021, total AUM BlackRock mencapai US$ 9,5 triliun. Jika dirupiahkan dengan asumsi kurs Rp 14.300/US$ maka nilainya mencapai Rp 135,85 kuadriliun alias Rp 135.850 triliun. Fantastis!

Bayangkan jika BlackRock adalah sebuah negara, maka size dana kelolaan tersebut akan setara dengan GDP tahunan perekonomian terbesar ke-3 di dunia setelah AS dan China.

AUM BlackRock tembus US$ 10 triliun per akhir 2021. Jika dihitung-hitung, maka kini aset yang dikelola oleh BlackRock sudah setara dengan total aset yang dikelola oleh Lembaga Investasi Negara yang dikenal dengan Sovereign Wealth Fund (SWF) di seluruh dunia.

Dengan kelolaan sebesar itu pantas saja Larry Fink sang founder dijuluki sebagai manusia US$ 10 triliun. Sebanyak 34% dari aset tersebut ditempatkan ke instrumen pendapatan tetap seperti obligasi dan 50% di saham publik.

BlackRock sendiri berinvestasi hampir di setiap negara di dunia. Di AS saja, BlackRock juga memiliki saham di mayoritas perusahaan publik dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di Wall Street.

Untuk diketahui BlackRock memiliki 3-4% saham di perusahaan-perusahaan seperti Tesla, Alphabet (induk Google), Amazon dan Apple. Inilah yang membuat Larry Fink dijuluki sebagai "Rajanya Wall Street".

Sebenarnya model perusahaan yang didirikan oleh Larry Fink layaknya reksadana. Larry Fink menyediakan jasa kepada klien untuk membantu mengelola portofolio investasi secara aktif maupun pasif lewat berbagai produk investasi yang ditawarkan.

Klien BlackRock sangat beragam mulai dari para sultan dengan kekayaan fantastis (High Net Worth Individual), dana pensiun, hingga SWF. Di AS saja, kini ada kurang lebih 35 juta pensiunan yang dananya dikelola oleh BlackRock.

Salah satu kunci kesuksesan bisnis BlackRock adalah produk investasi pasifnya berupa Exchange Traded Fund (ETF). Produk yang satu ini sejatinya merupakan produk reksadana tetapi dapat diperdagangkan langsung di bursa.

ETF yang dikelola oleh BlackRock juga kebanyakan merupakan reksadana index. Artinya portofolio yang dikelola adalah saham atau obligasi yang mengacu pada indeks tertentu.

Misal, ETF S&P 500 berarti saham-saham yang ada dalam produk investasi tersebut berisi seluruh saham konstituen indeks S&P 500 dengan bobot tertentu. Artinya jika Anda membeli ETF S&P 500 maka bisa dikatakan Anda secara tidak langsung memiliki 500 perusahaan kenamaan yang listing di Bursa New York.

Di Indonesia ada beberapa produk ETF yang biasanya kode sahamnya dimulai dengan huruf X. Namun karena pasar keuangan kita masih tertinggal jauh, ETF cenderung tidak likuid dan tak bisa dijadikan acuan untuk tracking kinerja indeks saham.

Namun di negara-negara maju, reksadana ETF indeks semakin populer terutama setelah krisis keuangan global 2008, ketika banyak fund manager dengan strategi active investing gagal mengalahkan kinerja indeks secara keseluruhan.

Selain karena semakin besarnya inflow dana ke produk-produk investasi BlackRock, capital gain, dividen saham hingga pembayaran bunga/kupon dari obligasi juga turut membuat aset BlackRock bertumbuh.

Kejelian Larry Fink yang awalnya hanya memiliki spesialisasi untuk mengelola dana yang diinvestasikan ke obligasi tersebut kini mengantarkannya menjadi sosok paling berpengaruh di dunia keuangan global.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat