Bos BRI Beberkan Berbagai Tantangan Ekonomi 2022
Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi perekonomian Indonesia pada 2022 diprediksi semakin membaik dan menjadi momentum pemulihan. Meski demikian, masih ada beberapa tantangan dan ketidakpastian, yang bisa menghambat pertumbuhan ekonomi nasional.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Sunarso berkata, salah satu tantangan pemulihan ekonomi pada 2022 yakni dari skala global yaitu dikeluarkannya kebijakan tapering off atau pengurangan nilai program pembelian obligasi dan surat berharga oleh Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Menurutnya, kebijakan ini biasanya diikuti dengan kenaikan suku bunga acuan The Fed, dan berdampak pada arus investasi serta modal di pasar keuangan dunia.
"Kemudian munculnya varian baru (Covid-19) Omicron, dan juga data menunjukkan pemulihan ekonomi di dunia mengalami divergensi makin lebar karena kemampuan negara mengelola vaksinasi dan pengendalian pandemi. Secara domestik BI (berencana) menaikkan suku bunga acuannya dan ruang kebijakan fiskal kita makin terbatas, dan juga peluang meningkatnya tekanan di pasar finansial karena naiknya (nilai tukar) dolar terhadap rupiah," kata Sunarso dalam acara Money Talks CNBC Indonesia, Rabu (19/1/2022).
Meski dibayangi tantangan-tantangan tersebut, Sunarso optimistis memandang prospek pemulihan ekonomi Indonesia di 2022. Apalagi saat ini proses penanganan Covid-19 dan vaksinasi masih terus berjalan, sebagai salah satu cara mengakhiri pandemi.
Selain itu, permintaan domestik, konsumsi rumah tangga, dan investasi masyarakat Indonesia juga mulai pulih sejak akhir 2021. Sunarso juga menyoroti kemungkinan masih terjadinya tren kenaikan harga komoditas di pasar internasional tahun ini. Hal itu berdampak pada kuatnya neraca dagang Indonesia. Di sisi lain, peningkatan impor yang mulai terjadi disebutnya menjadi pertanda pulihnya permintaan barang dan jasa di Indonesia.
"Pada akhirnya kami simulasikan, memandang 2022 ekonomi akan tumbuh pada kisaran 4,8% - 5,3% dan inflasi terkendali di 2,8% - 3,3%. Tahun ini adalah tahun optimis pemulihan ekonomi nasional," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Sunarso turut mengomentari tren inflasi tinggi yang kini terjadi di beberapa negara. Menurutnya, pada 2022 tingkat inflasi di Indonesia kemungkinan naik tapi masih dalam skala yang bisa dikendalikan (manageable).
Tingkat inflasi yang diperkirakan ada pada kisaran 2,8% - 3,3% dianggap dapat menjadi peluang bagi pelaku industri perbankan untuk menumbuhkan penyaluran kredit tahun ini. Alasannya, inflasi yang terkendali menandakan pulihnya kemampuan masyarakat berbelanja dan menggunakan uang tabungannya untuk investasi.
"Tantangannya, ketersediaan likuiditas bagaimana, di BRI, LDR (Loan to Deposit Rasio) kami selama ini masih di kepala 8 padahal sebenarnya yang optimal kepala 9, katakanlah batasan tingginya 92%. Maka kami masih upaya tumbuhkan kredit pakai dana yang ada sampai LDR 90%. Dana masih tersedia karena carry over dari tahun lalu," katanya.
(rah/rah)