Covid-19 RI Mengkhawatirkan Lagi, Harga Mayoritas SBN Menguat

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Selasa, 18/01/2022 19:21 WIB
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan Selasa (18/1/2022), di tengah sentimen cenderung negatif dari dalam negeri, di mana kasus infeksi virus corona (Covid-19) RI kembali berkisar 1.000 kasus.

Mayoritas investor memburu obligasi pemerintah pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 10 tahun, 15 tahun, dan 30 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan kenaikan yield dan pelemahan harga.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 15 tahun naik sebesar 1,7 basis poin (bp) ke level 6,388%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 30 tahun naik tipis 0,1 bp ke level 6,86%, dan yield SBN berjangka waktu 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara juga naik 0,7 bp ke level 6,396%.


Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Dari dalam negeri, sentimen negatif datang dari kasus Covid-19 yang terus memburuk. Jika hingga akhir tahun lalu kasus infeksi harian Covid-19 masih konsisten di bawah 500, kini jumlah kasus sudah kembali tembus 1.000 per hari.

Kenaikan kasus infeksi Covid-19 juga dikaitkan dengan penyebaran varian baru jenis Omicron yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan akhir tahun lalu.

Kasus pertama Omicron di Indonesia dilaporkan pada pertengahan bulan Desember lalu. Jumlah kasus Covid-19 Omicron di Tanah Air setiap harinya bertambah semakin banyak.

Para ahli termasuk pemerintah memperkirakan puncak kasus Covid-19 Omicron di dalam negeri akan terjadi pada awal bulan Februari 2022.

Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield surat utang pemerintah (Treasury) bertenor 10 tahun kembali naik dan kini menyentuh level 1,8%.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury bertenor 10 tahun naik 3,9 bp ke level 1,811%, dari sebelumnya pada Jumat pekan lalu di level 1,772%.

Kenaikan yield Treasury terjadi setelah pasar keuangan di AS libur memperingati hari Martin Luther King Jr pada Senin kemarin. Kenaikan yield Treasury menandakan bahwa investor sedang mempersiapkan kemungkinan terburuk dari pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed).

Pekan lalu, Ketua the Fed Jerome Powell mengatakan di hadapan Senat AS bahwa ia memperkirakan akan menaikkan suku bunga setidaknya beberapa kali tahun ini.

Namun, pasar menduga bahwa The Fed akan menaikkan suku bunganya pada Maret 2022. Pasar juga menilai suku bunga The Fed akan naik ke level 0,25% - 0,5%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Modal Pasar Saham & SBN Tarik Investor Saat Iran-Israel Panas