Data Ekonomi RI & China Agak Mengecewakan, IHSG Terkoreksi

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Senin, 17/01/2022 15:56 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Senin (17/1/2022) awal pekan ini, di tengah rilis data ekonomi China yang cenderung mengecewakan dan mengaburkan ekspektasi akan adanya pertumbuhan pesat.

Indeks bursa saham acuan nasional tersebut ditutup melemah 0,72% ke level 6.645,048. Pada awal perdagangan sesi I, IHSG sempat menguat dan menyentuh level tertinggi hariannya pada 6.711,822 pukul 09:00 WIB.

Namun, penguatan IHSG tak berlangsung lama, selang beberapa menit setelah dibuka, IHSG langsung berbalik arah ke zona merah hingga penutupan perdagangan hari ini.


Data perdagangan mencatat nilai transaksi IHSG pada hari ini hanya mencapai Rp 9,8 triliun. Sebanyak 203 saham menguat, 340 saham melemah, dan 137 saham mendatar.

Meski nilai transaksi kembali menurun, tetapi investor asing masih melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 284 miliar di pasar reguler.

Investor asing melakukan pembelian bersih di saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 204 miliar dan di saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar Rp 121 miliar.

Dari pergerakan sahamnya, saham BBRI ditutup menguat 0,72% ke level harga Rp 4.210/unit. Sedangkan saham BBNI berakhir melesat 1,41% ke level harga Rp 7.200/unit.

Sementara penjualan bersih dilakukan asing di saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 37 miliar dan di saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) sebesar Rp 29 miliar.

Saham TLKM ditutup melemah 0,24% ke level harga Rp 4.180/unit, sedangkan saham SMGR berakhir ambles 2,5% ke level Rp 6.825/unit.

Koreksi IHSG terjadi di tengah pergerakan variatif bursa utama Asia, di mana indeks KOSPI Korea Selatan memimpin koreksi sebesar 1,09%. Sebaliknya, Nikkei Jepang memimpin reli sebesar 0,74%.

Pelaku pasar di Asia bereaksi beragam terhadap rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) China yang per kuartal IV-2021 tumbuh 4%, atau lebih baik dari ekspektasi pasar dalam polling Reuters yang memprediksi pertumbuhan sebesar 3,6% secara tahunan.

Meski demikian, capaian kuartal terakhir tahun lalu itu masih terhitung melambat dibandingkan dengan pertumbuhan PDB kuartal III-2021 yang naik 4,9% (secara tahunan). Di sisi lain, penjualan ritel Desember hanya tumbuh 1,7% atau jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 3,7%.

Sementara itu dari dalam negeri, ada rilis data ekonomi berupa neraca dagang Indonesia bulan Desember 2021 dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Ekspor Indonesia pada Desember 2021 tercatat tumbuh 35,3% secara tahunan (year-on-year/YoY) dan impor naik 47,93% (YoY), sehingga neraca dagang mencatatkan surplus sebesar US$ 1,02 miliar.

Ketiga indikator di atas meleset dari konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia dengan perkiraan ekspor serta impor tumbuh di 40,3% (YoY) dan 39,7% (YoY), di mana neraca dagang diperkirakan surplus US$ 3,05 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Prabowo Kocok Ulang Anggaran, Dana Investor Jumbo Lari Kemana?