Review sepekan

Kebijakan The Fed Bisa Bikin Harga Emas Melesat, Kok Bisa?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
15 January 2022 13:50
Ilustrasi Emas Antam. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi emas Antam. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas turun pada perdagangan hari Jumat (14/1/2022) lantaran terbebani oleh kenaikan imbal hasil treasury di tengah prospek kenaikan suku bunga Bank Sentral AS dan dolar yang lebih kuat. Kemarin, harga emas spot turun 0,27% menjadi US$ 1.817,22/troy ons.

Meski demikian prospek harga emas terlihat lebih baik memasuki minggu ketiga tahun baru. Analis menimbang konsekuensi dari kesalahan kebijakan moneter potensial karena The Fed menjadi lebih hawkish di tengah data inflasi terbaru.

Ancaman inflasi akhirnya mendorong emas lebih tinggi karena investor memperkirakan tekanan harga akan terus meningkat. Emas berjangka Comex kontrak Februari terakhir diperdagangkan pada level US$ 1,816,90 atau naik lebih dari 1% dalam minggu ini.

Dua kumpulan data utama yang menjaga pasar dalam suasana risk-off adalah inflasi dan penjualan ritel. Di AS inflasi bulan Desember lalu mencatatkan pada laju tertinggi sejak 1982, naik 7%. Sementara itu, penjualan ritel turun 1,9%. terbesar dalam sepuluh bulan.

Dua pendorong besar untuk emas ke depan adalah dolar AS dan imbal hasil obligasi. Dolar mulai turun, memberikan ruang bernafas untuk emas, sementara imbal hasil obligasi kenaikannya telah berhenti.

"Lihatlah seberapa tinggi imbal hasil Treasury telah berjalan. Pasar memperkirakan peluang bahwa Fed akan menaikkan suku bunga pada bulan Maret lebih dari 90%. Dan emas [saat ini malah] mengalami minggu terbaiknya dalam beberapa bulan," ungkap analis pasar senior OANDA Edward Moya, dilansir Kitco News. "Emas tidak mampu menembus level tertinggi baru-baru ini, tetapi segalanya terlihat cukup bagus."

Emas akan terus terpengaruh oleh pergerakan dolar AS. Pemulihan ekonomi Eropa juga dapat memainkan peran penting dalam menentukan arah greenback.

"Ada banyak pandangan yang bertentangan tentang ke mana dolar akan pergi. Anda harus mulai melihat pemulihan ekonomi global yang lebih baik, yang akan mendorong potensi pertumbuhan Eropa dan dapat melemahkan dolar," jelas Moya.

Pembacaan inflasi terbaru dapat mendorong The Fed untuk bertindak cepat karena tampaknya mereka telah tertinggal dan masih berada jauh di belakang.

Setelah kenaikan suku bunga pada bulan Maret, kenaikan kedua bisa terjadi pada bulan Juni, bersama dengan limpasan neraca (balance sheet runoff). Di sinilah para analis akan mulai khawatir tentang potensi kesalahan kebijakan dan dampaknya terhadap perekonomian.

"Salah satu hal yang tidak dapat ditangani dengan kuat oleh siapa pun adalah risiko terhadap ekonomi AS. Kebijakan Fed mungkin dapat membalikkan kurva dalam satu atau dua tahun ke depan. Semua risiko ini meningkat," kata Moya.

Tahun lalu, The Fed mengatakan mengharapkan pertumbuhan dan kenaikan suku bunga yang sangat lambat. Alhasil inflasi tembus 7% dan pengetatan yang agresif, kata Moya. "Kemungkinan kesalahan kebijakan bisa positif untuk emas," lanjutnya.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article The Fed Hawkish dan Beringas, Emas Terkulai Lemas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular