Sikap Investor Masih Beragam, Yield SBN Ditutup Variatif Lagi

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
17 January 2022 06:13
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup variatif pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (14/1/2022). Kondisi ini terjadi di tengah sikap pelaku pasar global cenderung khawatir kembali setelah nada hawkish bank sentral Amerika Serikat (AS) mencuat kembali.

Sikap investor di pasar obligasi pemerintah kembali beragam, di mana pada SBN bertenor satu tahun, 10 tahun, dan 20 tahun ramai diburu oleh investor, ditandai oleh menguatnya harga dan turunnya imbal hasil (yield).

Sebaliknya, SBN dengan jatuh tempo tiga tahun, 15 tahun, dan 25 tahun cenderung dilepas oleh investor. Hal ini ditandai oleh melemahnya harga dan kenaikan yield.

Sedangkan untuk yield SBN dengan jangka waktu 5 tahun dan 30 tahun cenderung tak berubah dari perdagangan kemarin, alias stagnan.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor satu tahun menjadi yang paling besar penurunannya pada hari ini, yakni turun cukup signifikan sebesar 17,4 basis poin (bp) ke level 3,188%.

Yield SBN berjatuh tempo tiga tahun menjadi yang paling besar penguatannya pada hari ini, yakni naik 6,6 bp ke level 3,515%.

Sementara untuk yield SBN berjangka waktu 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara turun sebesar 1 bp ke level 6,402%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Investor kembali khawatir dengan adanya potensi pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), meski hal ini sebelumnya sempat ditenangkan oleh Ketua The Fed, Jerome Powell dalam pidatonya di hadapan Senat AS Kamis lalu waktu setempat.

Di AS sendiri, yield obligasi pemerintah (Treasury) kembali menanjak pada hari ini. Dilansir dari CNBC International, yield Treasury bertenor 10 tahun cenderung naik 3,6 bp ke level 1,745%, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Kamis kemarin di level 1,709%.

Kekhawatiran kembali terjadi setelah inflasi Negeri Paman Sam kembali memanas. Dari sisi konsumen, Indeks Harga Konsumen (IHK) AS periode Desember 2021 melonjak menjadi 7% secara tahunan (year-on-year/YoY).

Namun dari sisi produsen, Indeks Harga Produsen (IHP) AS periode Desember 2021 sedikit melandai menjadi 9,7% (YoY).

Yield Treasury bertenor 10 tahun memang sudah melonjak sejak awal tahun 2022. Meski sempat melandai, tetapi masih berada di kisaran level 1,7%. Hal ini terjadi di tengah kekhawatiran investor terkait pengetatan kebijakan moneter The Fed yang sejatinya masih terjadi hingga kini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular