Yield Treasury Cenderung Naik Lagi, Harga SBN Kembali Mixed

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
13 January 2022 19:32
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup bervariasi pada perdagangan Kamis (13/1/2022), karena investor merespons beragam dari naiknya kembali inflasi Amerika Serikat (AS) pada Desember 2021.

Sikap investor di pasar obligasi pemerintah kembali beragam, di mana pada SBN bertenor satu tahun, lima, 15 tahun, 20, dan 25 tahun cenderung dilepas oleh investor, ditandai oleh melemahnya harga dan kenaikan imbal hasil (yield).

Sebaliknya, SBN dengan jatuh tempo tiga tahun, lima tahun, 10 tahun, dan 30 tahun ramai diburu oleh investor. Hal ini ditandai oleh menguatnya harga dan penurunan yield.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor satu tahun menjadi yang paling besar penguatannya pada hari ini, yakni naik cukup signifikan sebesar 17,5 basis poin (bp) ke level 3,362%.

Sedangkan yield SBN berjatuh tempo tiga tahun menjadi yang paling besar pelemahannya pada hari ini, yakni turun 8,3 bp ke level 3,449%.

Sementara untuk yield SBN berjangka waktu 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara turun sebesar 1,4 bp ke level 6,412%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Sementara itu dari AS, yield surat berharga pemerintah (Treasury) kembali mengalami penguatan pada perdagangan pagi hari ini waktu AS, setelah pada perdagangan kemarin sempat melandai.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury bertenor 10 tahun cenderung naik 2,7 bp ke level 1,752%, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Rabu kemarin di level 1,725%.

Naiknya kembali yield Treasury bertenor 10 tahun terjadi setelah rilis data inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) kemarin.

IHK Negeri Paman Sam pada Desember 2021 tercatat tumbuh menjadi 7% secara tahunan (year-on-year/YoY) dan menjadi level tertinggi sejak 1982.

Meskipun inflasi berada di level tertingginya dalam 4 dekade terakhir, tetapi kenaikan ini sudah diantisipasi oleh pelaku pasar.

Ekonom yang disurvei Dow Jones sudah memperkirakan bahwa IHK AS bulan Desember 2021 bakal naik 7% sesuai dengan angka aktual saat ini.

Setelah inflasi dari sisi konsumen, pada hari ini tepatnya pukul 08:30 waktu AS atau pukul 20:30 WIB, data inflasi dari sisi produsen (producer price index/PPI) periode Desember 2021 akan dirilis.

Konsensus Tradingeconomics memperkirakan PPI Negeri Uncle Sam pada Desember tahun lalu akan naik menjadi 9,8% (YoY), dan PPI inti naik menjadi 7,8% (YoY).

Selain PPI, data klaim pengangguran AS untuk periode pekan yang berakhir 9 Januari 2022 juga akan dirilis pada hari ini. Ekonom dalam survei Dow Jones memperkirakan ada sekitar 200.000 orang yang mengajukan klaim, turun dari pekan sebelumnya yang berkisar 207.000 klaim.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Data Inflasi AS, Yield SBN Lanjut Melandai

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular