
Kabar Tak Sedap Datang dari Barat, Waspada IHSG Longsor!

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,17% di level 6.658,36 pada perdagangan Kamis (13/1/2022). Untuk perdagangan hari ini, Jumat (14/1) ada beberapa sentimen yang patut dicermati.
Pertama dari Wall Street, nasib apes harus kembali dirasakan oleh bursa saham New York. Tiga indeks saham acuannya harus ditutup dengan koreksi tajam.
Indeks Dow Jones Industrial melemah 0,49%. Kinerja indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite lebih mengecewakan lagi. Kedua indeks tersebut masing-masing anjlok lebih dari 1% dan 2,5% dini hari tadi.
Pelemahan signifikan yang terjadi di bursa New York tentu menjadi sentimen negatif untuk pasar saham domestik hari ini.
Kedua adalah tren inflow dana asing yang terus berlanjut di aset ekuitas RI. Di pasar saham, investor asing telah mencatatkan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 3,37 triliun dalam sepekan terakhir.
Meskipun ada inflow besar di pasar saham, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya menguat tipis 0,08% dalam seminggu terakhir. Asing net buy Rp 587,9 miliar di seluruh pasar kemarin.
Ketiga adalah rilis data ekonomi dari Bank Indonesia (BI) berupa Prompt Manufacturing Index dan Survei Kegiatan Dunia Usaha.
Namun data ini diperkirakan tak akan terlalu signifikan kontribusinya dalam menggerakkan pasar keuangan mengingat fokus utama saat ini lebih condong ke pergerakan aset keuangan global di tengah rencana pengetatan moneter bank sentral AS.
Selain ketiga faktor di atas, investor dan pelaku pasar perlu mencermati faktor psikologis pasar yang tercermin dari indikator teknikal. Berikut ulasannya.
Analisis Teknikal
![]() Teknikal |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode harian (daily) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat posisi penutupan, IHSG perlu menembus support terdekatnya di 6.616 dan selanjutnya di 6.511 untuk membentuk tren turun (bearish). Sedangkan untuk membentuk tren naik IHSG perlu menembus level resisten di 6.721.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Saat ini RSI berada di area 54,60.
Apabila menggunakan indikator teknikal lain yakni Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis EMA 12 masih berada di atas garis EMA 26 dan mulai membentuk pola konvergen atau menyempit.
Di sisi lain bar histogram indikator MACD cenderung turun. Hal ini juga mengkonfirmasi bahwa IHSG memiliki peluang untuk terkoreksi pada perdagangan hari ini.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000